TEMPO.CO, Jakarta - Sejak tarif baru resmi diterapkan 1 Mei 2019, sejumlah aplikator ojek online mengambil sejumlah langkah antisipasi agar tak kehilangan pelanggan. Tak terkecuali Go-Jek.
Baca: Menhub: Tarif Ojek Online di Bandung Dikeluhkan Terlalu Mahal
Chief Corporate Affairs Go- Jek, Nila Marita, menyebutkan sejumlah program promo dan diskon dimaksudkan untuk menarik konsumen yang dalam beberapa hari terakhir diakui menurun akibat tarif yang tinggi. "Makanya kita buat berbagai program menarik,"katanya yang ditemui di Restoran Senyum Indonesia, di Jalan Teluk Betung, Jakarta Pusat, Rabu petang, 8 Mei 2019.
Namun begitu, menurut Nila, pemberlakuan promo dan diskon itu tak bisa dilakukan dalam jangka waktu panjang. Sebab, akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan dalam hal ini mengeluarkan banyak subsidi.
"Kalau jangka pendek baik, tapi kalau jangka panjang bisa memberikan kekhawatiran terhadap keberlangsungan usaha," kata Nila.
Lebih lanjut, Nila menyatakan bahwa promo dan diskon yang menggunakan subsidi secara berlebihan sejatinya hanya semu. "Lihat aja berbagai model bisnis, tidak ada yang promosi dan diskon selamanya. Nah ini yang perlu dijaga."
Sebelumnya, Ekonom dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, memperkirakan jumlah pengguna aplikasi ojek online untuk jarak dekat berpotensi merosot setelah Kementerian Perhubungan memberlakukan tarif baru sesuai Keputusan Menteri Nomor 348 Tahun 2019. Penumpang jarak dekat disebut bakal paling terimbas kebijakan tersebut karena kenaikan harga tarif minimum atau flagfall mencapai 100 persen.
WIRA UTAMA | FRANCISCA CHRISTY ROSANA