Dari kajian itu, munculah rencana pengembangan jalur kereta ringan sepanjang 9,46 kilometer yang akan dibangun dalam dua tahap. Fase pertama berupa jalur sepanjang 5,3 kilometer dari Bandara I Gusti Ngurai Rai ke area Central Park Kuta di Kabupaten Badung.
Sedangkan sisa 4,16 kilometer lainnya disambung ke Kelurahan Seminyak. Dari sejumlah diskusi, jalur itu direncanakan juga bakal tersambung sampai ke daerah Mengwi. "Proyeksi demand dan konsep teknis jalur tersebut akan tergambar dalam FS yang akan disusun," ucap Risal.
Proyek LRT Bali kembali mencuat setelah dibahas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika bertemu dengan petinggi KNR dan KIND di Korea Selatan pada 30 Mei lalu. Tak hanya soal LRT Bali, Budi pun membicarakan rencana kerja sama pembangunan fase keempat mass rapid transit (MRT) rute Fatmawati- Taman Mini Indonesia Indah.
Sesuai dengan hasil pertemuan, Risal menyebutkan studi kelayakan dan pembangunan fase pertama LRT Bali akan didanai melalui pinjaman atau official development assistance (ODA) dari pemerintah Korea Selatan. Pembiayaan fase berikutnya bakal ditanggung dengan skema kemitraan pemerintah dan badan usaha (KPBU). Proyek ini akan berbasis jalur bawah tanah.
"Jalur layang akan sulit (dikembangkan di Bali). Jadi, paling aman dibuat underground,” kata Risa.
Sebelum Kementerian Perhubungan turun tangan, gagasan pembangunan LRT Bali merupakan inisiasi PT Angkasa Pura I (Persero). Kala itu, operator bandara tersebut ingin membangun jalur LRT untuk membawa penumpang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju Kuta.
Di sana terdapat aset milik perseroan. Merujuk pada keterangan di situs web resmi Dinas Perhubungan Bali pada akhir Januari 2020, Angkasa Pura I disebut sudah mengikat kesepahaman dengan perusahaan asal Korea Selatan.
MOH KHORY ALFARIZI | YOHANES PASKALIS
Pilihan editor: Rencana Pengembangan LRT Bali, Bakal Dibangun di Bawah Tanah?