Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. berusaha menyelesaikan laporan keuangan 2004 sebelum akhir Maret 2005. Meskipun demikian, Direktur Utama Telkom Kristiono mengakui, akuntan publik Siddharta, Siddharta, & Widjaja (KPMG) hingga kini memang belum dapat merampungkan laporan keuangan Telkom 2004 tersebut. "Kami berusaha tidak terlambat," kata Kristiono kepada Tempo di Jakarta.Sesuai ketentuan yang digariskan BEJ bagi seluruh perusahaan publik, laporan keuangan tahunan harus sudah disampaikan paling lambat 31 Maret 2005. "Kami usahakan (bisa). Dari perkembangan yang ada sudah hampir selesai," kata dia. Tapi Kristiono juga meminta pengertian pihak BEJ dan Badan Pengawas Pasar Modal, mengenai kesulitan Telkom. Pasalnya, perusahaan raksasa telekomunikasi itu tidak hanya mencatatkan sahamnya di BEJ.Telkom juga mencatatkan sahamnya di luar negeri, yaitu bursa saham New York (New York Stock Exchange). "Kami minta pengertian pemerintah karena Telkom listing di dua tempat," kata Kristiono. Konsekuensi dari hal itu, Telkom harus menyusun satu laporan keuangan yang lengkap dan dapat memenuhi segala ketentuan yang berlaku di dua bursa saham berbeda negara itu."Kami tidak mungkin membuat (laporan keuangan) hanya untuk BEJ," kata dia. Padahal, ada beberapa ketentuan yang berbeda antara Bapepam dengan badan pengawas pasar modal Amerika Serikat atau United States Securities Exchange Commission (SEC). SEC memberlakukan aturan baru pada tahun ini, yaitu setiap perusahaan yang tercatat di pasar modal AS juga harus menyampaikan hasil laporan audit internal kontrol perusahaannya atau dikenal dengan istilah sarbannes oxley. "Kalau dulu terpisah. Hasil audit internal kontrol tidak disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan perusahaan," kata Kristiono. Menurut dia, aturan baru inilah yang menyebabkan Telkom membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan laporan keuangannya. Selain itu, SEC memiliki peraturan yang sangat ketat mengenai independensi atas akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan. Akuntan publik atau afiliasinya itu di suatu negara tertentu harus tercatat dan mendapat izin dari SEC. "Itulah yang membuat masalah lamanya penyelesaian laporan keuangan kami," kata dia.Pencatatan saham di dua negara berbeda dengan aturan berbeda tersebut menyebabkan Telkom pernah memiliki pengalaman buruk pada dua tahun lalu. BEJ mewajibkan setiap emiten menyampaikan laporan keuangan tahunannya paling lambat akhir Maret. Sedangkan SEC pada akhir Juni. Dengan maksud ingin memberi perlakuan yang sama kepada investor di dua bursa tersebut, Telkom menyerahkan laporan keuangan 2002 ke BEJ dan Bapepam bersamaan dengan ke SEC pada Maret 2003. Belakangan, SEC menemukan ketidaklengkapan laporan keuangan Telkom 2002 berformat (form) 20F. Selain itu, SEC mempertanyakan kewenangan akuntan publik Telkom, yaitu Grant Thornton Eddy Pianto (sekarang KAP Jimmy Budhi) dan laporan audit PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)—anak usaha Telkom— yang tidak menampilkan consent letter dari auditornya. Akibatnya, SEC menolak laporan keuangan tersebut dan perdagangan saham Telkom di New York Stock Exchange dan BEJ dihentikan sementara. Masalah ini menimbulkan efek berantai, yaitu keterlambatan penyelesaian laporan keuangan Telkom 2003 dan perseroan kemudian didenda oleh BEJ. "Kami baru mulai audit bulan Maret 2003, akhirnya terlambat disampaikan pada 2004. Kami kena denda sekitar Rp 100 juta karena terlambat dari Maret hingga Juni," kata Kristiono.Belajar dari pengalaman di masa lalu, Telkom berusaha secepatnya menyelesaikan laporan keuangan 2004 (ke BEJ). Bila ternyata nanti terlambat, perseroan siap menerima sanksi dari BEJ dan Bapepam, yaitu pembayaran denda. Yura Syahrul /Fanny Febiana - Tempo
Iklan
