TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai ada empat proyek presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto yang menyimpan bom waktu atau menunggu gagal.
Ia menyarankan Prabowo berkaca dari kegagalan pemerintahan sebelumnya dan melakukan perencanaan mendalam sebelum mengeksekusi proyek-proyek tersebut.
Menurut Wijayanto, rencana Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen mustahil untuk diraih Indonesia. Alasannya, Indonesia masih memiliki rasio investasi terhadap pertumbuhan atau incremental capital-output ratio (ICOR) yang tinggi dan perlu ditekan.
Wijayanto mencontohkan beberapa hal yang membuat ICOR Indonesia tinggi di bawah pemerintahan Presiden Jokowi. Dua hal tersebut adalah proyek kereta cepat yang dinilai berdampak minim terhadap ekonomi dan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dibangun tanpa perencanaan matang.
Untuk pemerintahan berikutnya, ia memprediksi ada beberapa hal yang “berpotensi menjadi tragedi”. “Karena ada proyek-proyek besar yang menyimpan bom waktu, yang karakteristiknya mirip dengan kereta cepat dan IKN,” ujar kata Wijayanto dalam diskusi publik bertajuk “Prospek Kebijakan Ekonomi Prabowo: Mustahil Tumbuh 8% tanpa Industrialisasi” yang berlangsung secara daring pada Ahad, 22 September 2024.
Proyek besar itu adalah ekspor pasir laut, yang dinilai secara luas dapat menimbulkan masalah lingkungan. Sebetulnya, izin perdagangan pasir laut telah dihentikan selama 20 tahun. Namun dengan kebijakan baru, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut, ekspor sedimen itu kembali dibuka.
Kemudian, sebagai turunan dari aturan itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menerbitkan Permendag Nomor 20 Tahun 2024 tentang Barang yang Dilarang untuk Diekspor dan Permendag Nomor 21 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor.
Selanjutnya: Jokowi belakangan ini pun membantah pemerintah....