TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berbeda pandangan dalam memproyeksikan nilai tukar rupiah tahun 2025, sebelum akhirnya disepakati Rp 16 ribu dalam asumsi makro RAPBN 2025.
BI meyakini kurs rupiah tahun 2025 bakal menguat di rentang Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS tahun depan. Sementara itu, Menteri Keuangan memproyeksikan kurs rupiah berada di level Rp 16.100 per dolar AS.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual mengatakan, perbedaan proyeksi nilai tukar rupiah antara BI dan Kemenkeu adalah hal yang wajar. BI memandang dari sisi moneter, sedangkan Kemenkeu dari sisi fiskal.
"Nah, itu makanya kan ada diskusi antara pemerintah, BI, dan DPR untuk cari titik temu. Pasti ada perbedaan-perbedaan pandangan," kata David kepada Tempo pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Dia menjelaskan, BI mungkin melihat peluang pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS The Fed. "Jadi, bisa saja nanti pengaruhnya tentu ke domestik, aliran modal diharapkan lebih baik tahun depan."
Sementara itu, kata David, Kemenkeu menghitung proyeksi kurs ke depan dengan asumsi yang mungkin lebih konservatif. Mengingat, kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.
Selanjutnya: "Tapi, ini kan sudah sampai ke titik temunya...."