TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah mengalami penguatan di angka Rp15.401 pada akhir perdagangan Jumat sore, 13 September 2024. Menurut Direktur PT Laba Forexindo, Ibrahim Assuaibi kenaikan hingga 37,5 poin ini disebabkan oleh melemahnya indeks dolar.
"Dolar AS bersiap untuk kerugian mingguan yang ringan - minggu kedua dalam posisi merah, karena para pedagang tetap pada ekspektasi pemotongan suku bunga meskipun ada beberapa pembacaan inflasi yang kuat minggu ini," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo.
Meski menguat, Ibrahim mengatakan ada potensi ekonomi Indonesia penuh dengan tantangan dan menunjukkan sinyal-sinyal pelemahan. Menurutnya, deflasi yang terjadi empat bulan berturut-turut, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) di bawah ambang batas ekspansi, dan peningkatan angka pengangguran menunjukkan menjadi bukti nyata melambatnya pertumbuhan ekonomi
"Deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) di bawah ambang batas ekspansi, dan peningkatan angka pengangguran menjadi bukti nyata melambatnya pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Kondisi deflasi yang tidak biasa ini, menurutnya akan mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat terutama kelas menengah. Terlebih, hal tersebut akan diperparah dengan penurunan permintaan kredit, baik untuk modal kerja maupun konsumsi.
Lebih lanjut, Ibrahim memaparkan situasi global yang tidak menentu, terutama ancaman resesi di Amerika Serikat, turut memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diprediksi menurunkan suku bunga secara agresif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
"Langkah ini diharapkan dapat menstimulus ekonomi Amerika Serikat, serta berdampak positif pada perekonomian Indonesia," tulisnya.
Meski demikian, Ibrahim memprediksi rupiah masih akan tetap menguat pada Selasa pekan depan, 17 September 2024 atau setelah libur Maulid Nabi Muhammad.
Pilihan Editor: Rupiah Menguat di Akhir Perdagangan Hari Ini, Diprediksi Kembali Menguat Besok