Suci memaparkan ada tiga tahapan bagi sektor pariwisata dalam mitigasi ancaman megathrust. Pertama membangun sistem evakuasi di tempat wisata. Pihak hotel, kata dia, perlu menyediakan rambu evakuasi dan petunjuk mitigasi yang jelas dan mudah dipahami.
Tahapan mitigasi kedua, kata Suci, yakni menyediakan informasi kesiapsiagaan bencana seperti poster, flyer dan informasi berkaitan kerawanan kawasan oleh ancaman gempa dan tsunami.
Menurut dia, aspek inilah yang masih kurang diperhatikan oleh pengelola hotel dan destinasi wisata. "Pihak hotel seringkali tidak memberikan safety briefing, hotel di kawasan rawan gempa harus memberikan pemahaman agar tamu bisa siap siaga saat bencana," ujarnya.
Tahapan terakhir, kata Suci, yakni memastikan pihak pengelola hotel dan destinasi wisata terakses dengan informasi dari BMKG. Ketika ketiga tahapan tersebut dijalankan dengan konsisten, Suci meyakini dampak dari megathrust bisa diminimalisir.
Suci juga menekankan pentingnya keterlibatan multipihak dalam mitigasi ancaman megathrust. Dia mengatakan saat ini Indonesia juga sudah mengadopsi International Standardization Organization (ISO) 22328 tentang keamanan dan manajemen kedaruratan.
"Setiap pengelola pariwisata dan pihak terkait bisa merujuk ISO manajemen kedaruratan dalam menyusun standar evakuasi dan mitigasi bencana," kata Suci.
Pilihan Editor: Analis: Rupiah Besok Fluktuatif dan Bakal Ditutup Menguat