INFO BISNIS - Bank Mandiri semakin serius menerapkan platform Digital Carbon Tracking. Platform ini diluncurkan pada ajang Mandiri Environment, Social, and Governance (ESG) Festival di akhir 2023 lalu. Langkah ini sebagai perwujudan transparansi dalam menginformasikan emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasional perusahaan.
Vice President ESG Communication Bank Mandiri, Adam Zahir, mengatakan bahwa Bank Mandiri adalah bank pertama di Indonesia yang menerapkan pelacakan jejak karbon secara digital melalui Digital Carbon Tracking. Inisiatif ini mendukung target perusahaan untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) in Operations pada 2030 atau bahkan lebih cepat.
"Dengan memonitor jejak karbon secara digital, kami juga menumbuhkan kesadaran untuk mengimplementasikan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan serta menentukan strategi ke depan untuk memperkuat komitmen kami dalam menurunkan emisi operasional," kata Adam, Rabu, 5 Juni 2024.
Penghitungan emisi GRK Bank Mandiri selama lima tahun terakhir menunjukkan penurunan signifikan, dari 358.753,56 tCO2e pada 2019 menjadi 295.713,18 tCO2e pada 2023, atau turun sebesar 17,6 persen.
Tahun 2019 menjadi tahun dasar (baseline) penghitungan emisi. Usaha penurunan emisi operasional juga tercermin pada penurunan intensitas emisi GRK per karyawan, dari 9,18 tCO2e di 2019 menjadi 7,59 tCO2e pada 2023.
Baca juga:
Penurunan ini tercapai berkat inisiatif efisiensi energi Bank Mandiri, termasuk penghematan bahan bakar minyak dan listrik, penggunaan kendaraan listrik, pemakaian lampu LED, dan pemasangan panel surya.
Adapun, platform Digital Carbon Tracking ini memantau dan mencatat kinerja pengurangan emisi karbon di Bank Mandiri secara transparan. Pencatatan berlaku untuk semua unit Bank Mandiri di seluruh Indonesia, dari tingkat pusat, regional, hingga cabang.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi prioritas utama, dengan akses dashboard platform yang dapat diakses publik melalui https://esg.bankmandiri.co.id/ sehingga stakeholder dapat memantaunya secara langsung.
“Penghitungan platform ini sudah mengadopsi ISO 14064-3:2019 tentang kuantifikasi dan pelaporan emisi dan serapan gas rumah kaca. Informasinya bisa diakses dengan mudah oleh publik, agar semua orang tetap terinformasi dengan kemajuan dan komitmen kami untuk masa depan yang lebih hijau,” kata Adam.
Platform ini bekerja dengan memantau tiga cakupan emisi yaitu, konsumsi bahan bakar (BBM), pembelian listrik, dan aktivitas perjalanan dinas pegawai Bank Mandiri menggunakan pesawat.
Ketiga cakupan ini sesuai dengan Greenhouse Gas (GHG) Protocol, standar akuntansi dan pelaporan emisi gas rumah kaca yang dikembangkan oleh World Resources Institute (WRI) bersama World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). GHG Protocol membantu bisnis atau organisasi mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GHG dari operasional mereka.
Pengukuran terhadap emisi GRK dilakukan pada cakupan pertama dari penggunaan bahan bakar pada 4.353 kendaraan dan cakupan kedua dari konsumsi listrik di 2.232 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Pelaporan dilakukan secara bulanan melalui website Bank Mandiri, sementara laporan tahunan dapat diakses melalui laporan keberlanjutan.
“Penghitungan ini sudah dilakukan sesuai standar terkini, jadi penghitungan dari Digital Carbon Tracking sudah sangat mutakhir,” ujar Adam.
Bank Mandiri terus mengupayakan langkah-langkah berkelanjutan dalam operasinya, sesuai dengan visi menjadi "Indonesia's Sustainability Champion for a Better Future". Pembentukan platform Digital Carbon Tracking merupakan bagian dari pemenuhan pilar Sustainable Operation dalam kerangka ESG Bank Mandiri, demi mencapai target NZE in Operations pada tahun 2030.(*)