Momentum Presidensi Indonesia di G20 (Group of Twenty), keketuaan Indonesia di ASEAN, dan konsistensi Indonesia dalam menjunjung HAM (Hak Asasi Manusia), kemanusiaan, kesetaraan, dan kesuksesan Indonesia menghadapi krisis dunia tiga tahun terakhir mampu mendongkrak dan menempatkan Indonesia kembali dalam peta percaturan dunia. Dan di tengah kondisi dunia yang bergejolak akibat perbedaan.
Indonesia dengan Pancasila-nya, dengan harmoni keanekaragamannya, dengan prinsip demokrasinya mampu menghadirkan ruang dialog, mampu menjadi titik temu, serta menjembatani perbedaan-perbedaan.
Lembaga think tank Australia Lowy Institute menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia (penguasa menengah) dengan diplomatic influence (kemampuan diplomatik) yang terus meningkat tajam. Indonesia termasuk satu dari enam negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power.
Tapi ada yang tanya, memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat-kan makannya nasi, international trust kan tidak bisa dimakan.
Ya memang tidak bisa. Sama seperti jalan tol tidak bisa dimakan. Nah ini, contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif. Tapi tidak apa-apa, saya malah senang. Memang harus ada yang begini, supaya lebih berwarna, dan supaya tidak monoton.
Bapak dan ibu yang saya muliakan.
Dengan international trust yang tinggi, kredibilitas kita lebih diakui, kedaulatan kita lebih dihormati, dan suara Indonesia lebih didengar sehingga memudahkan dalam bernegosiasi. Peluang itu harus dimanfaatkan. Rugi besar jika dilewatkan karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu kita kembali memilikinya.
Sehingga strategi pertama untuk memanfaatkan kesempatan ini ialah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Kita telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen pada 2022, menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9 pada 2022, dan meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5 pada 2022.
Menyiapkan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp3.212 triliun dari 2015 sampai 2023. Termasuk di dalamnya KIS (Kartu Indonesia Sehat), KIP (Kartu Indonesia Pintar), KIP Kuliah, PKH, Kartu Sembako, perlindungan kepada lansia (lanjut usia), penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya, serta reskilling dan upskilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan Program Kartu Prakerja.
Di saat yang sama, SDM kita persiapkan supaya mendapat lapangan kerja untuk bisa menghasilkan produktivitas nasional. Sehingga kita juga harus mengembangkan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, dan memberikan nilai tambah sebesar-besarnya.
Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity untuk meraih kemajuan. Karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam (SDA), termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Selanjutnya: Tapi kaya SDA saja tidak cukup, jadi pemilik saja ...