TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai bahwa ekspor Indonesia saat ini sedang dalam tren penguatan hingga melebihi 50 persen. Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia juga sempat tercatat mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Untuk itu, Sri Mulyani meminta anak buahnya di Bea Cukai untuk bisa menjaga kelancaran pelayanan dan dan reputasi arus barang keluar masuk. Tapi di saat yang bersamaan, harus tetap taat pada aturan yang ada.
"Saya minta hal ini terus dirapikan (diperbaiki), anda harus punya SOP yang sama," kata Sri Mulyani dalam acara Peringatan Hari Bea Cukai ke-75 secara virtual pada Sabtu, 2 Oktober 2021.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia per Agustus 2020 mencapai US$ 21,42 miliar atau naik 64,1 persen (year-on-year). "Ini merupakan rekor baru," kata Kepala BPS Margo Yuwono pada 15 September 2021.
Tren positif ekspor tersebut sekarang masih terus berlanjut. Berbagai komoditas sedang mengalami kenaikan harga, seperti batu bara, minyak mentah, sampai nikel.
Untuk itu, di tengah kenaikan laju ekspor ini Sri Mulyani meminta terus dilakukan perbaikan dalam pelayanan ekspor impor. Sehingga, biaya logistik dan arus barang bisa lebih efisien.
Salah satunya, kata Sri Mulyani, dengan terus memperbaiki sistem IT yang dimiliki oleh Bea Cukai. "Tak boleh lagi terjadi pelayanan tertunda akibat ada masalah IT," kata dia.
Tapi di sisi lain, Sri Mulyani juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada anak buahnya di Bea Cukai. Sebab, penerimaan bea cukai sepanjang 2021 terus mengalami peningkatan.
Menurut Sri Mulyani, 73,5 persen target APBN tahun ini telah tercapai per 31 Agustus 2021. Capaian target ini didorong oleh pertumbuhan dari sisi kepabeanan yang mencapai 11,8 persen dan cukai 17,7 persen. "Ini adalah hal yang luar biasa positif," kata dia.