TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta jiwa per Februari 2024. Angka itu mengalami penurunan sebanyak 0,79 juta penduduk, dari sebelumnya sebesar 7,99 juta jiwa dibandingkan pada periode yang sama pada 2023.
“Apabila dibandingkan dengan Februari 2023, maka jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 2,76 juta orang, penduduk bekerja bertambah 3,55 juta orang, dan pengangguran berkurang 0,79 juta orang," dikutip dari Berita Resmi Statistik BPS Nomor 36/05/Th.XXVII tertanggal 6 Mei 2024.
Sejalan dengan jumlah pengangguran yang menurun, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia juga melandai menjadi 4,82 persen pada Februari 2024. Persentase itu berkurang sekitar 0,63 persen, dari sebelumnya sebesar 5,45 persen pada Februari 2023.
Lebih rinci, TPT berjenis kelamin laki-laki sebesar 4,96 persen pada Februari 2024, lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan, yaitu 4,6 persen. Sementara dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT perkotaan jauh lebih tinggi, yaitu 5,89 persen dibandingkan TPT pedesaan di angka 3,37 persen.
Di sisi usia, TPT kelompok umur muda berkisar antara 15-24 tahun menjadi penyumbang angka tertinggi, yaitu mencapai 16,42 persen. Sebaliknya, TPT penduduk kelompok usia tua lebih dari 60 tahun ke atas menjadi yang paling rendah sebesar 1,14 persen.
Namun, di saat yang sama, data Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menunjukkan level pengangguran di tanah air menduduki posisi puncak di antara enam negara lain di Asia Tenggara.
IMF mencatat tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2 persen per April 2024. Kemudian, disusul Filipina sebesar 5,1 persen, Brunei Darussalam sebesar 4,9 persen, Malaysia sebesar 3,52 persen, Vietnam sebesar 2,1 persen, Singapura sebesar 1,9 persen, dan Thailand sebesar 1,1 persen.
Selain itu, pemutusan hubungan kerja (PHK) juga masih mengancam berbagai industri. Data terbaru Kementerian Ketenagakerjaan menampilkan terdapat 46.240 orang tenaga kerja terkena PHK pada periode Januari hingga Agustus 2024.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyoroti peluang kerja yang semakin sempit di masa depan, sedangkan jumlah tenaga kerja terus bertambah. Dia menyebut bonus demografi yang akan tercapai pada 2030-an bisa menjadi sumber kekuatan sekaligus beban karena merupakan tantangan terbesar untuk membawa Indonesia menjadi negara maju.
“Kalau Bapak (dan) Ibu bertanya pada saya fokus ke mana, kalau saya sekarang maupun ke depan, kita harus fokus kepada pasar kerja. Karena ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk sangat banyak tenaga kerja yang membutuhkan,” kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 19 September 2024.
Pilihan editor: Sri Mulyani Laporkan Pendapatan Negara Capai Rp1.777 Triliun