TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti membeberkan dampak proporsi jumlah penduduk kelas menengah yang turun kelas.
“Kelas menengah memiliki peran yang sangat krusial sebagai bantalan ekonomi suatu negara," ujar Amalia saat konferensi pers, di Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2024, seperti dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan, proporsi pengeluaran kelas menengah untuk makanan secara tren mengalami peningkatan. Sedangkan pengeluaran kelas menengah untuk hiburan dan kendaraan turun.
Mayoritas pengeluaran kelas menengah dan menuju kelas menengah menyasar kelompok makanan serta perumahan, dengan pengeluaran untuk perumahan mencakup biaya sewa dan perabotan rumah tangga dan tidak termasuk biaya cicilan pembelian rumah atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Saat proporsi kelas menengah relatif tipis, menurut Amalia, perekonomian kurang resilien terhadap guncangan. "Jadi, peran kelas menengah menjadi penting untuk menjaga daya tahan suatu ekonomi."
Oleh sebab itu, menurut Amalia, Pemerintah perlu membuat kebijakan yang memperkuat daya beli kelas menengah, mengingat kontribusinya yang tinggi terhadap perekonomian.
“Penguatan daya beli diperlukan tidak hanya untuk kelompok miskin, tapi juga untuk kelas menengah (middle class) dan menuju kelas menengah (aspiring middle class),” tuturnya.
Data BPS menunjukkan jumlah kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,35 persen dari total penduduk Indonesia, dengan proporsi konsumsi pengeluaran mencapai 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat.
Tapi belakangan porsi kelas menengah mulai menurun sejak pandemi Covid-19 pada 2019, dari 57,33 juta (21,45 persen) pada 2019 menjadi 47,85 juta (17,13 persen) pada 2024.
Sedangkan jumlah penduduk yang masuk kelompok menuju kelas menengah meningkat dari 128,85 juta (48,20 persen) menjadi 137,50 juta (49,22 persen).
Sebagai gambaran, kelompok kelas menengah mencakup masyarakat dengan pengeluaran berkisar Rp 2.040.262 mencapai Rp 9.909.844 per kapita per bulan pada 2024. Angka itu ditentukan oleh standar Bank Dunia soal kelas menengah dengan perhitungan 3,5-17 kali garis kemiskinan suatu negara.
Adapun standar tingkat pengeluaran kelas menengah itu meningkat dari 2019, yakni pada rentang Rp 1.488.375 hingga mencapai Rp 7.229.250.
Sementara itu, kelompok menuju kelas menengah merupakan masyarakat yang memiliki pengeluaran 1,5-3,5 kali garis kemiskinan. Besar pengeluaran pada kelmpok penduduk menuju kelas menengah berkisar Rp 874.398 hingga Rp 2.040.262 pada 2024. Angka itu naik dari tahun 2019 yang berada di rentang Rp 637.875 hingga Rp 1.488.375.
Pilihan Editor: BPS: Mayoritas Kelas Menengah Tinggal di Perkotaan