TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah ditutup melemah 31,5 poin pada Jumat, 30 Agustus 2024. Deresiasi kurs sudah terjadi sejak pembukaan perdagangan hari ini yang tercatat pada level 15.455 terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah bergerak naik turun pada Senin, 2 September 2024. “Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 15.440 - 15.520 per dolar AS," ujarnya dalam analisis rutinnya, Jumat, 30 Agustus 2024.
Dari sisi eksternal menurut Ibrahim dolar AS menguat, terbantu oleh tanda-tanda ketahanan ekonomi AS yang terus berlanjut. Terlebih setelah data produk domestik bruto yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan ekonomi tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.
Data indeks harga belanja personal atau Personal Consumption Expenditure (PCE) negara teraebut akan dirilis pada Jumat, dan juga diharapkan menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada bulan Juli. Namun ekonomi yang kuat dan inflasi yang lesu membuat bank sentral AS atau The Fed kurang bersemangat untuk memangkas suku bunga secara tajam.
Sementara para investor masih mempertahankan taruhan untuk pelonggaran pada bulan September. "Mereka lebih condong ke arah pemotongan yang lebih kecil, 25 basis poin," ujarnya.
Adapun Gubernur BI Perry Warjiyo optimistis The Fed bakal memangkas suku bunga acuan dua kali pada tahun ini. Ia mengatakan kurs sebulan terakhir telah mengalami apresiasi. Hingga akhir tahun atau 2024, BI memprediksi nilai tukar bakal berada pada rentang 15.700-16.100 per dolar.
Perry yakin kurs akan terus menguat, salah satunya karena cadangan devisa yang meningkat. Pada juli mencapai US$ 145,4 miliar. “Ini lebih dari cukup untuk kami terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,” kata Perry.
Pilihan Editor: Kominfo Jawab Tuntutan Ojol: Kami Hanya Atur Formula, Bukan Tarif