Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Analis: Penerimaan dan Belanja Negara Tak Seimbang Sebabkan Lonjakan Utang Rp 775,9 Triliun di 2025

image-gnews
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara (kiri) dan Wakil Menteri Keuangan II Thomas A. M. Djiwandono (kanan) bersama jajarannya bersiap menyampaikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Jakarta, Selasa 13 Agustus 2024. Menteri Keuangan mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Juli 2024. TEMPO/Tony Hartawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara (kiri) dan Wakil Menteri Keuangan II Thomas A. M. Djiwandono (kanan) bersama jajarannya bersiap menyampaikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Jakarta, Selasa 13 Agustus 2024. Menteri Keuangan mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Juli 2024. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Indonesia diperkirakan akan menarik utang baru sebesar Rp 775,9 triliun pada tahun 2025. Analis Senior Indonesia Strategic and Economics Action Institution, Ronny P. Sasmita, menyebut lonjakan utang ini disebabkan ketidakseimbangan yang semakin lebar antara penerimaan dan belanja negara.

"Rencana belanja yang ditetapkan jauh melebihi potensi penerimaan negara yang diproyeksikan akan diterima tahun depan, sehingga defisit anggaran harus dilebarkan dan ditutup dengan peningkatan penarikan utang," kata Ronny saat dihubungi Tempo, Senin, 26 Agustus 2024. 

Menurut Ronny, ketidakseimbangan ini terjadi karena pemerintah kurang berhasil menaikkan proyeksi tingkat penerimaan negara di satu sisi, namun juga tidak bersedia mengurangi rencana belanja di sisi lain. "Walhasil, mau tak mau utang atau debt ceiling harus dinaikkan," ujarnya.

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2025, pemerintah merencanakan penarikan pinjaman senilai Rp 133,3 triliun dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 642,6 triliun untuk membiayai sejumlah program APBN. Pinjaman tersebut terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 5,2 triliun dan pinjaman luar negeri mencapai Rp 128,1 triliun.

Ronny menjelaskan meskipun kemampuan pemerintah untuk membayar utang saat ini masih tergolong aman, peningkatan utang sebesar Rp 775,9 triliun itu dapat mengurangi ruang fiskal untuk belanja produktif. "Setiap tahun, sebagian anggaran akan tersedot untuk menutup pertambahan cicilan dan bunga utang," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ronny mengatakan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih berada pada tingkat moderat, baik secara konstitusional maupun komparatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diperkirakan masih berada pada tingkat yang cukup stabil, meskipun tidak sepenuhnya memuaskan. "Dengan pertumbuhan 5 persenan, inflasi sekitar 3 persenan, maka pemerimaan negara dari pajak masih tetap memiliki potensi tumbuh sekitar 8 persen pertahun," jelasnya.

Meski begitu, dia mengimbuhkan, yang harus diperhatikan adalah perbandingan tingkat pertumbuhan utang dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk menjaga agar batas atas utang tidak tercapai, kata Ronny, pemerintah perlu mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. "Sehingga celah utang tetap besar, tetapi persentasenya terhadap PDB tetap sama," katanya.

Dalam RAPBN 2025, jumlah total pembiayaan utang pada tahun depan meningkat sebesar Rp 222,8 triliun dibandingkan dengan perkiraan pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp 553,1 triliun. Peningkatan ini diperlukan untuk menutupi defisit APBN 2025 yang diperkirakan mencapai Rp 616,2 triliun atau sekitar 2,53 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Pilihan editor: Kaesang dan Erina Gudono Diduga Dijemput di Apron Bandara, Melanggar Aturan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Masa Kerja Satgas BLBI Selesai Akhir Tahun Ini, Ekonom: Butuh Tindakan Tegas agar Obligor Bayar Utang

2 hari lalu

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira usai diskusi mengenai hasil survei persepsi publik terhadap JETP di Jakarta, Rabu, 5 Juni 2023.  TEMPO/Amelia Rahima Sari.
Masa Kerja Satgas BLBI Selesai Akhir Tahun Ini, Ekonom: Butuh Tindakan Tegas agar Obligor Bayar Utang

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira mengatakan butuh sosok pemimpin Satgas BLBI yang tegas untuk menjalankan hak tagih negara kepada obligor.


Rumah Pribadi Andri Tedjadharma Disita Satgas: Saya Bukan Pengemplang BLBI

4 hari lalu

Andri Tedjadharma sebagai Pemegang Saham Bank Centris Internasional. TEMPO/ Halgi Mashalfi
Rumah Pribadi Andri Tedjadharma Disita Satgas: Saya Bukan Pengemplang BLBI

Andri Tedjadharma pemegang saham Bank Centris Internasional tak terima disebut penanggung utang BLBI.


Celios Beberkan 10 Lubang Fiskal Warisan Jokowi: Lonjakan Utang hingga Delusi Pembangunan IKN

5 hari lalu

Presiden Jokowi memberikan pengarahan kepada Pejabat TNI dan Polri di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur pada 12 September 2024. Foto Tangkap Layar Sekretariat Presiden
Celios Beberkan 10 Lubang Fiskal Warisan Jokowi: Lonjakan Utang hingga Delusi Pembangunan IKN

Pengamat dari Celios membeberkan sepuluh lubang fiskal yang diwariskan oleh Jokowi. Mulai dari banyaknya utang hingga delusi pembangunan IKN.


Terkini Bisnis: Awal Mula Marimutu Sinivasan Terjerat Utang Rp95 Triliun, Cara Cek Keaslian e-Meterai Seleksi CPNS

8 hari lalu

Pemilik Texmaco Group, Marimutu Sinivasan, saat diperiksa petugas imigrasi di perbatasan Indonesia-Malayasia di Entikong, Kalimantan Barat, 8 September 2024 (Foto: Istimewa)
Terkini Bisnis: Awal Mula Marimutu Sinivasan Terjerat Utang Rp95 Triliun, Cara Cek Keaslian e-Meterai Seleksi CPNS

Petugas Kantor Imigrasi di Lintas Batas Entikong berhasil mencegah upaya bos Texmaco Group, Marimutu Sinivasan yang dicegah bepergian ke luar negeri.


Upaya Penyehatan Keuangan, Wamen BUMN Sebut Waskita Karya Tak Ambil Proyek Tol Baru

11 hari lalu

Waskita Karya. Istimewa
Upaya Penyehatan Keuangan, Wamen BUMN Sebut Waskita Karya Tak Ambil Proyek Tol Baru

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tidak akan mengambil proyek tol baru.


Kala Faisal Basri Kritik Utang Pemerintah yang Terus Meningkat hingga Harus Berutang untuk Bayar Bunga

11 hari lalu

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
Kala Faisal Basri Kritik Utang Pemerintah yang Terus Meningkat hingga Harus Berutang untuk Bayar Bunga

Dua pekan sebelum wafat, Faisal Basri masih mengkritik utang pemerintah Indonesia yang terus meningkat.


Dua Minggu Sebelum Wafat, Faisal Basri Soroti Indonesia yang Harus Berutang untuk Bayar Bunga

12 hari lalu

Ekonom senior Faisal Basri dalam diskusi yang diadakan Bright Institute bertema
Dua Minggu Sebelum Wafat, Faisal Basri Soroti Indonesia yang Harus Berutang untuk Bayar Bunga

Dua minggu sebelum wafat, ekonom senior Faisal Basri menyoroti utang pemerintah yang terus bertambah demi bisa membayar bunga pinjaman.


Cina Tawari Afrika Utang Miliaran Dolar, Bisa Cetak 1 Juta Lapangan Pekerjaan

12 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri upacara penyambutan resmi di Beijing, Tiongkok 16 Mei 2024. Sputnik/Sergei Bobylev/
Cina Tawari Afrika Utang Miliaran Dolar, Bisa Cetak 1 Juta Lapangan Pekerjaan

Cina menawari utang baru ke Afrika senilai miliaran dolar untuk berbagai proyek infrastruktur.


Sebelum Meninggal, Faisal Basri Soroti 3 Hal Ini: Utang Pemerintah, Bagi-bagi Izin Tambang, dan PPN

12 hari lalu

Faisal Basri diwawancara di Gedung Tempo Media Jakarta, 4 Maret 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Sebelum Meninggal, Faisal Basri Soroti 3 Hal Ini: Utang Pemerintah, Bagi-bagi Izin Tambang, dan PPN

Ekonom senior Faisal Basri yang meninggal dunia pada Kamis dini hari, 5 September 2024, sempat menyoroti tiga hal ini.


Menteri Keuangan Israel akan Danai Serangan ke Gaza dengan Pemotongan Anggaran dan Gaji

13 hari lalu

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich. REUTERS/Ronen Zvulun
Menteri Keuangan Israel akan Danai Serangan ke Gaza dengan Pemotongan Anggaran dan Gaji

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengungkapkan bahwa pengeluaran militer tambahan untuk serangan ke Gaza akan didanai oleh pemotongan anggaran