TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK konsolidasi mencapai 15,4 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada semester I 2024. Total DPK tercatat Rp 1.651 triliun sepanjang Januari-Juni 2024. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengatakan peningkatan dana murah atau current account saving account (CASA) berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan DPK semester ini.
Darmawan menyebut, dana murah mengalami kenaikan sebesar 17,9 persen yoy, berkat pertumbuhan giro dan tabungan. Giro naik 23 persen yoy menjadi Rp 612 triliun, sedangkan tabungan meningkat 13,4 persen yoy menjadi Rp 626 triliun. "Pencapaian tersebut turut melesatkan komposisi rasio CASA mencapai 79,7 persen secara bank only, yang merupakan level tertinggi dalam sejarah Bank Mandiri," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 14 Agustus 2024.
Capaian ini, kata Darmawan juga membantu menjaga biaya dana atau cost of fund bank only pada level rendah, yakni 2,08 persen. Menurut dia, pertumbuhan penempatan dana murah di Bank Mandiri tak terlepas dari transformasi digital yang dilakukan. "Dengan fokus pada inovasi untuk menghasilkan layanan terbaik bagi nasabah," ujarnya.
Darmawan menuturkan, bank berlogo pita emas ini akan terus bertransformasi secara digital guna menghadirkan berbagai inovasi layanan yang mempermudah nasabah. Inovasi selama ini, kata dia terbukti efektif dalam meningkatkan dana murah. Pada gilirannya, berkontribusi terhadap pencapaian rekor tertinggi dalam sejarah rasio dana murah dan menjaga biaya dana tetap rendah.
Bank Mandiri melalui Livin’ by Mandiri tercatat sudah melayani lebih dari 26 juta nasabah di dalam dan luar negeri. Julahnya meningkat 35 persen secara tahunan. Per Juni 2024, super app andalan Bank Mandiri itu juga telah mengelola 1,8 miliar transaksi. "Pada periode yang sama nilai transaksi Livin’ by Mandiri tercatat tembus lebih dari Rp 1.883 triliun, melesat 25 persen dari periode tahun sebelumnya," ucap Darmawan.
Pilihan editor: Viral Pungli BBM Rp 5.000, Operator SPBU Pertamina di Bali Dipecat