Selain itu, dari dalam negeri terdapat data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis setiap pertengahan bulan. Hal ini menurut Ariston bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah karena surplus.
Lebih lanjut, para pelaku pasar juga akan memperhatikan perkembangan ekonomi global, terutama Cina dan situasi geopolitik, yang bisa memengaruhi sentimen pasar terhadap aset berisiko seperti rupiah.
“Cina masih dalam pemulihan, bila inflasi konsumen Cina yang akan dirilis hari Kamis nanti menunjukkan kenaikan, ini bisa diartikan ekonomi Cina sudah mulai pulih dan bisa memberikan sentimen positif ke rupiah,” ujarnya. Sementara ketegangan geopolitik diklaim bisa mendorong pasar keluar dari aset berisiko dan menekan rupiah.
Ariston juga mengatakan, Pemilu Indonesia yang berlangsung damai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. “Sentimen positif untuk rupiah juga didapat dari rilis pertumbuhan PDB Indonesia terbaru yang mencapai 5 persen,” kata analis itu.
Dengan demikian, Ariston memperkirakan rupiah berada di kisaran level Rp 15.500 hingga Rp 15.750 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah pada penutupan pasar menjelang libur panjang Isra Mi’raj dan Hari Raya Imlek, Rabu, 7 Februari 2024, menguat 95 poin ke level Rp 15.635 per dolar AS.
Pilihan Editor: Beras Premium Langka di Minimarket Meski Stok Pasar Induk Beras Cipinang Melimpah