Meningkatnya imbal hasil dapat berdampak negatif bagi emas, meningkatkan peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil, sementara penguatan dolar membuat harga komoditas dalam satuan lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya.
Data ekonomi yang lebih baik dan harga minyak yang naik ke level tertinggi pada 2023 telah memicu kekhawatiran pasar bahwa The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut atau membiarkannya lebih lama dari perkiraan, sehingga melemahkan harga emas sepanjang pekan.
Data IHK AS Agustus kemungkinan akan menjadi faktor kunci dalam keputusan suku bunga Federal Reserve pada pertemuannya akhir bulan ini.
“Mungkin logam kuning akan menemukan pijakan yang stabil di kisaran US$ 1.900-1.950 sambil menunggu data inflasi minggu depan dan pertemuan The Fed pada minggu berikutnya,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA, mengacu pada pembaruan IHK Agustus mendatang dan keputusan suku bunga bank sentral.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Jumat bahwa persediaan grosir AS turun 0,2 persen pada Juli setelah turun sebesar 0,7 persen pada Juni. Sedangkan penjualan grosir naik 0,8 persen pada Juli setelah turun 0,8 persen pada Juni.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 6,60 sen atau 0,28 persen menjadi ditutup pada US$ 23,174 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terpangkas US$ 14,80 atau 1,63 persen menjadi menetap pada US$ 894,80 per ounce.
Pilihan Editor: Pertamina Hulu Rokan Bangun Pembangkit Listrik Surya 25 Megawatt di Blok Rokan