TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyebut kebijakan work from home (WFH) sebagai kebijakan reaktif. Menurut dia, WFH saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah polusi udara.
"Kita perlu solusi yang integrated. WFH ini reaktif. Karena dianggap kalau tidak pakai kendaraan yang fossil fuel-nya tinggi, mungkin bisa mengurangi polusi," kata Shinta ketika ditemui wartawan di Gedung Kemenko Marves pada Selasa, 22 Agustus 2023.
Di sisi lain, kata Shinta, WFH akan berpengaruh pada produktivitas kerja. Sebab, tidak semua pekerjaan di sektor swasta bisa menerapkan WFH. Baik WFH total ataupun WFH 50 persen alias hybrid. Dia pun berharap pemerintah tidak hanya melihat dari aspek mobilitas atau kendaraan untuk mengatasi masalah polusi.
"Pemerintah harus buat satu evaluasi mengenai apa yang harus kami lakukan, bagaimana dampaknya, dan lain-lain," tutur Shinta.
Lagi pula, Shinta menuturkan, masalah polusi tidak semata-mata disebabkan oleh kendaraan. Ada faktor lain, seperti pembangkit batu bara dan sampah. "Ini yang mungkin menjadi tugas kita bagaimana bisa mempercepat transisi energi yang ada," ucapnya.
Selanjutnya: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan...