Dari total kebutuhan beras rumah tangga di Indonesia sebesar 2,5 juta ton per tahun, kata Buwas, idealnya cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog juga mencapai 2,5 juta ton. Oleh sebab itu, ia meminta agar pemerintah segera bertindak untuk menambah penyerapan CBP dalam waktu dekat.
"Kalau kita mendatangkan dari luar, itu harus secepatnya," ujar Buwas.
Pasalnya, beberapa negara sudah menutup keran ekspor pangannya, khususnya komoditas beras. Keadaan juga bakal makin buruk bila sektot transportasi terkendala sehingga menyulitkan impor beras. Selain itu ada kendala fluktuasi dan tren melemahnya nilai tukar rupiah yang akan mempengaruhi harga beras yang didatangkan.
Konsekuensi telat impor beras
Bila pemerintah terlambat mengantisipasi dan mengambil keputusan impor, Buwas memprediksi akan ada persoalan pangan. Apalagi beras adalah komoditas yang harus selalu diperhatikan karena berkontribusi besar terhadap tingkat inflasi pangan.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan saat ini harga gabah di tingkat produsen dan harga beras di tingkat konsumen terus meningkat sejak Juli 2022. Bulog yang biasanya mampu menyerap cadangan beras seharga Rp 8.300 kilogram, kini sudah tidak bisa.
Ketika harga fleksibilitas dinaikan sampai Rp 8.800 pun, kata Arief, Bulog tidak bisa menyerap beras dengan baik. Oleh karena itu Bapanas mengizinkan Bulog menyerap beras dengan harga komersial.
Adapun soal impor, Arif memastikan pihaknya akan tetap mengutamakan penyerapan dari dalam negeri. Tapi jika tidak cukup, ia membuka opsi impor tersebut.
Baca juga: Bulog Masih Pelajari Aturan Pemberian Subsidi Bunga Pinjaman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini