TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Thomas Tri Kasih Lembong mengatakan investasi yang melambat pada kuartal kedua 2018 disebabkan karena banyak proyek yang tertunda. Dia memastikan meskipun tertunda tidak ada pembatalan proyek yang telan diteken.
BACA: BKPM Catat Realisasi Investasi Kuartal Kedua Capai Rp 176,3 Triliun
"Tentunya jangka menengah penundaan itu tidak ada dampak, karena tetap akan terealisasi, jadi ini perlu dimengerti. Tapi jangka pendek bisa terlihat sehingga berdampak pada pertumbuhan triwulanan," kata Thomas kepada awak media saat saat mengelar konferensi pers di Gedung BKPM, Jakarta Selatan, Selasa, 14 Agustus 2018.
BKPM mencatat realisasi investasi kuartal kedua 2018 mencapai angka Rp 176,3 triliun. Jumlah tersebut tercatat tumbuh sebesar 3,1 persen dibandingkan pada kuartal yang sama pada tahun 2017. Meskipun demikian, pertumbuhan tersercatat melambat.
Selain itu, Thomas Lembong juga menjelaskan pelambatan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang berdampak pada situasi investasi domestik. Ia menyebut, kondisi rupiah yang masih volatile dan terdepresiasi menjadi salah satu penyebabnya.
"Selain itu kondisi pasar modal atau pasar keuangan di negara berkembang atau emerging market juga menjadi salah satu faktor," kata dia.
BACA: Sri Mulyani Targetkan Investasi Tumbuh 7 Persen di Semester Dua
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan investasi adalah kondisi perang dagang Amerika dengan Cina. Kondisi ini menyebabkan pergerakan nilai tukar tak terkecuali terhadap rupiah juga menyebabkan investor wait and see.
Selain itu, kata Azhar Lubis, masih banyaknya kebijakan yang masih berubah-ubah juga menjadi penyebab pelambatan investasi. Ia mencontohkan salah satunya di sektor energi khususnya kelistrikan.
"Misal soal power purchase agreement listrik, itu buat perusahaan harus menghitung kembali, jadi membuat perusahaan butuh waktu lagi untuk mennyesuaikan perhitungan sebelumnya," kata dia.
Sementara itu, BKPM mencatat selama kuartal kedua 2018 realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri atau PMDN mencapai Rp 80,6 triliun. Sedangkan Penanaman Modal Asing atau PMA tercatat membukukan sebesar Rp 95,7 triliun.
Dalam hal ini, PMDN tercatat naik 32,1 persen dari Rp 61 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, jumlah PMA tercatat turun sebesar 12,9 persen dari Rp 109,9 triliun pada periode yang sama tahun 2017.
Dari seluruh realisasi investasi PMDN dan PMA paling banyak terjadi di DKI Jakarta sebesar Rp 29,9 triliun, Jawa Barat sebesar Rp 22,2 triliun, Jawa Timur sebesar Rp 16 triliun, Banten sebesar Rp 14,4 triliun dan Kalimantan Timur sebesar Rp 13,8 triliun.
Sedangkan berdasarkan sektor, realisasi investasi paling banyak berasal dari sektor usaha pertambangan sebesar Rp 28,2 triliun, transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp 25,6 triliun, listrik, gas, air sebesar Rp 20,8 triliun. Kemudian diikuti oleh industri makanan dan perumahan sebesar Rp 17,2 triliun dan kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp 15,8 triliun.
Adapun lima besar negara asal PMA adalah Singapura sebesar US$ 2,4 miliar, Jepang sebesar US$ 1,0 miliar, Tiongkok sebesar US$ 0,7 miliar. Kemudian diikuti dengan Hong Kong sebear US$ 0,6 miliar dan Malaysia sebesar US$ 0,4 miliar.
Baca berita tentang investasi lainnya di Tempo.co.