TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi 6 Februari 2017 bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp 13.310, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.343 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan adanya sinyal pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia memberikan ruang bagi rupiah untuk kembali melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS.
Baca Juga: Pilar Ekonomi Nasional, Menperin: Cintai Produk Indonesia
"Penguatan rupiah yang terjadi relatif masih terbatas seiring sikap pasar yang menahan diri menjelang data pertumbuhan ekonomi domestik. Jika rilis data ekonomi direspon baik rupiah berpotensi melanjutkan kenaikan lebih tinggi," katanya seperti dikutip dari Antara.
Di sisi lain, ucap Reza, pelemahan dolar AS juga masih berlanjut di pasar valuta asing kawasan Asia menyusul ekonomi Amerika Serikat relatif masih melambat. Pergerakan sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah pun terbantu dengan pelemahan dolar AS itu.
"Belum membaiknya ekonomi Amerika Serikat itu membuat sinyal waktu kenaikan suku bunga di AS belum jelas sehingga berimbas pada pelemahan laju dolar AS. Rupiah pun memanfaatkan pelemahan itu untuk terapresiasi," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal empat 2016 Jika angka ekonmi itu di bawah 5 persen maka berpeluang memberikan dampak negatif terhadap rupiah.
Simak: Penyebab Permintaan Emas Tahun Lalu Anjlok 15 Persen
Rangga mengatakan masih adanya harapan perbaikan ekonomi pada 2017 yang masih bertahan melihat efek dari kenaikan harga komoditas juga turut menjaga fluktuasi rupiah. "Optimisme terhadap pertumbuhan ke depan masih terjaga," katanya.