TEMPO Interaktif, Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro kini berupaya mengubah nama dari Blok Cepu menjadi Blok Bojonegoro. Untuk perubahan nama itu, Perwakilan Pemerintah Bojonegoro telah melayangkan surat ke Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) di Jakarta.
Alasan mendasar dalam surat itu, karena lokasi sumur minyak dan gas Blok Cepu sebagian besar berada di Bojonegoro. Selain itu, masyarakat umum juga lebih mengenal Cepu, berada di Blora Jawa Tengah. Padahal, meski namanya Blok Cepu, tetapi sumur minyaknya berada di Bojonegoro.
”Makanya, kita bertekad mengusulkan perubahan nama dari Blok Cepu ke Blok Bojonegoro,” ujar Suyoto, Bupati Bojonegoro, Kamis 26 Mei 2001.
Menurutnya, surat yang dikirim ke Kementerian ESDM hingga sekarang ini belum ada jawaban. Meski demikian Pemerintah Bojonegoro akan terus menanyakan perihal surat itu, sekaligus pergi ke Jakarta untuk pemaparan konsep konkritnya.
Suyoto mengatakan, areal sumur minyak dan gas Blok Cepu, ternyata berada di Desa Mojodelik, Desa Alas Tuwo, Desa Ngasem, Jambaran di Kecamatan Ngasem. Kemudian sumur minyak di Kedung Keris Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu dan lainnya berada di Kecamatan Dander, Bojonegoro.
Kemungkinan, kata dia, jika dipetakan secara teliti, 90 persen sumur minyak dan gas Blok Cepu berada di Bojonegoro. “Itu pertimbangan kami,” imbuhnya.
Meski ini soal identitas sebuah nama, tetapi kata Suyoto, hal itu penting untuk mengangkat nama Bojonegoro. Sebab, ada kesan Bojonegoro masih dianggap sebagai daerah miskin dan terbelakang. Padahal, kata dia, saat ini Bojonegoro sudah banyak berubah.
"Sekarang ini Bojonegoro salah satu daerah kaya di 38 kabupaten/kota Jawa Timur. APBD Kabupaten Bojonegoro sekitar Rp 1,2 triliun," katanya.
SUJATMIKO