TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines yang pekan lalu dilantik, Sardjono Jhony Tjitrokusumo, yakin perseroan bakal segera pulih dari krisis finansial. Ia juga optimistis pinjaman dari PT Perusahaan Pengelola Aset sebesar Rp 310 miliar dapat segera dilunasi.
"Rp 310 miliar itu kecil, jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin," katanya pada Tempo. Karena itu, ia menekankan, pentingnya menyehatkan kondisi keuangan perseroan agar kembali positif. Pembenahan juga harus dilakukan untuk menyehatkan kembali keuangan perusahaan.
Berdasarkan catatan Tempo, saat ini kondisi keuangan Merpati sangat terpuruk. Total utang perseroan mencapai Rp 1,6 triliun, dengan total aset hanya Rp 1 triliun. Tahun ini, perusahaan membutuhkan dana sekitar Rp 799,8 miliar untuk operasionalisasi perusahaan dan merestrukturisasi utang.
Untuk menyelamatkan Merpati, menurut Jhony, PT Perusahaan Pengelola Aset akan menyuntikkan pinjaman sebesar Rp 310 miliar, yang rencananya cair pada 1 Juli. Utang itu untuk program rasionalisasi sumber daya manusia sebesar Rp 223 miliar, program perpindahan kantor pusat ke Makassar Rp 10 miliar, program revitalisasi armada propeller Rp 12 miliar, perbaikan cash flow untuk menambah modal kerja Rp 50 miliar, dan dana kontijensi Rp 5 miliar.
Ia juga berharap PT Garuda Indonesia bisa menyewakan dua pesawat Boeing 737-400 yang menganggur. "Masak sama adik kandungnya pelit?" ucapnya.
Pemerintah memang membantu Merpati mendatangkan 15 pesawat asal Cina MA-60 mulai Juli hingga Oktober tahun ini. Tapi belasan pesawat baru ini belum dipastikan akan beroperasi di rute mana. Saat ini Merpati mengoperasikan sembilan pesawat jet dan delapan pesawat propeller.
Menurut Jhony, dalam waktu dekat akan datang pesawat MA-60 dan pesawat jet baru. Targetnya, enam bulan ke depan, perseroan tidak perlu lagi berutang.
Saat melantik direksi baru Merpati, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abakar memberikan peringatan keras. Maskapai ini diminta memanfaatkan pinjaman kedua dan terakhir dari PT Perusahaan Pengelola Aset.
"Kalau sampai gagal atau hasilnya tak sesuai keinginan, keberlangsungan MNA akan dipertimbangkan lagi," kata Mustafa, Kamis lalu.
Tiga tahun lalu, pemerintah mencoba membantu krisis keuangan Merpati dengan memberikan modal dalam bentuk Penyertaan Modal Negara senilai Rp 450 miliar. Namun Merpati tak juga bangkit dari keterpurukan.
Apalagi saat ini persaingan antarmaskapai sangat ketat. Tercatat belasan maskapai penerbangan nasional bermain di segmen medium dan penerbangan murah.
ISMA SAVITRI