TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) supaya menggunakan dan meningkatkan transaksi lindung nilai atau hedging. Transaksi tersebut dinilai mampu mengurangi resiko yang dihadapi perusahaan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Irawan mengatakan, hedging mampu membantu mengurangi resiko saat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing tidak stabil. Saat nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, misalnya, perusahaan yang memiliki utang dalam dolar harus menanggung pembengkakan beban akibat selisih kurs.
Dengan hedging, perusahaan dapat merencanakan kebutuhan valuta asingnya dengan membayar premi kepada bank. "Jadi tidak lagi beli nilai tukar pada saat butuh dengan cara spot," kata dia di kantor BI siang ini, Senin, 21 Agustus 2017.
Bank Indonesia telah mengeluarkan beragam instumen hedging. Instrumen terbaru dikeluarkan pada September tahun lalu yaitu call spread option valas terhadap Rupiah dan interest rate swap.
Untuk mendorong penggunaan transaksi instrumen hedging tersebut, Bank Indonesia bersama Kementerian BUMN dan aparat hukum dan auditor negara untuk menyusun penyempurnaan pedoman prosedur standar operasional hedging BUMN. Pedoman tersebut disahkan Menteri BUMN pada 5 Juli 2017. Menteri BUMN juga sebelumnya telah mewajibkan seluruh BUMN untuk melakukan hedging 25 persen dari net exposure.
Selain BUMN, Perry berharap perusahaan swasta juga mulai banyak memanfaatkan hedging. Hingga triwulan pertama 2017, Perri mencatat ada 2.660 perusahaan, baik BUMN dan swasta, yang sudah melakukan hedging. Sebanyak 88 persen di antaranya melakukan hedging yang jatuh tempo tiga bulan. Sementara 90 persen dari total perusahaan melakukan hedging dengan tenor enam bulan.
Perry mengatakan data tersebut menunjukkan sudah mulai banyak perusahaan yang memiliki utang luar negeri melakukan hedging. Volume pasar valuta asing di Indonesia diklaim oleh Perry sudah lebih banyak, yaitu sekitar US$ 6 miliar per hari. "Sebanyak 40 persen di antaranya itu derivatif hedging forward, swap, dan option," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN