TEMPO.CO, Jakarta - Melalui sebuah video yang beredar pada 27 September 2024, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mempertemukan Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie. Pada video tersebut, Bahlil yang berada di tengah tampak merangkul keduanya yang sama-sama merasa sah sebagai Ketua Umum Kadin.
“Saya menjadi juru makan bareng. Kadin satu, tidak boleh dua,” kata Bahlil, pada 27 September 2024.
Bahlil menyampaikan, perseteruan di internal Kadin seharusnya tidak terjadi. Ia menyebut Arsjad Rasjid dan Anindya merupakan sahabat dan masing-masing sudah dewasa.
“Mereka berdua sahabat sebenarnya, tapi ada tukang goreng,” kata Bahlil.
Lalu, pada akhir video, Bahlil juga mengajak Arsjad dan Anindya untuk menyatakan, jika Kadin tidak boleh ada dualisme. Pasalnya, sebelum perseteruan Arsjad dan Anindya Bakrie, Kadin pernah mengalami perebutan kursi Ketua Umum.
Pada periode 2015-2020, Kadin memiliki dua jagoan utama untuk memimpin organisasi ini, yaitu Rosan Perkasa Roeslani dan Eddy Ganefo. Kadin kubu Rosan Roeslani memiliki logo perahu dengan layar kecil lima yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Jakarta Selatan. Sementara itu, Kadin kubu Eddy berlogo perahu dengan 3 layar berkantor di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Kendati demikian, lima tahun sebelumnya, Majalah Tempo juga pernah menulis tentang perebutan posisi Ketua Umum Kadin. Berdasarkan laporan berjudul “Berebut Kursi kadin-1” pada 10 Mei 2010, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) merapatkan barisan untuk membahas kesuksesan rencana Kadin dalam Musyawarah Nasional (Munas).
Pada acara tersebut, dua jagoan Kadin dan para bekas ketua umum dihadirkan, di Bimasena Club, Hotel Dharmawangsa. Adapun, pihak-pihak yang hadir meliputi bos Sahid Group, Hariyadi Sukamdani; pemilik kelompok usaha Ariobimo, Sharif Cicip Sutardjo; mantan Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, Muhammad Lutfi; bos Saratoga Investama Sedaya, Sandiaga Uno; dan CEO Bosowa Group, Erwin Aksa.
Para pemimpin dan petinggi ini memiliki tujuan hajatan penting untuk hadir dalam acara tersebut. Tujuan tersebut membahas rencana suksesi Kadin dalam Munas pada Agustus 2010. Sebab, mereka tidak ingin suara organisasi terbelah dalam proses pemilihan calon pimpinan Kadin.
“HIPMI ingin punya satu suara,” ujar Cicip kala itu.
Kendati demikian, selama menuju Munas, terjadi kericuhan karena ada kubu yang bersikap keras bahwa persiapan membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Sebab, AD/ART baru harus disahkan melalui Keputusan Presiden, seperti yang selama ini terjadi. Sementara itu, kubu lain berpendapat, Munas harus segera dilaksanakan. Perseteruan ini diduga terjadi karena kubu kedua khawatir tidak kecipratan “rezeki” Pemilu Kadin.
Adapun, dalam Munas Kadin 2010, ada tujuh nama yang masuk bursa calon ketua umum, yaitu Suryo Bambang Sulisto, Rachmat Gobel, Sharif Cicip Sutardjo, Chris Kanter, Sandiaga Uno, Hariyadi Sukamdani, dan Wisnu Wardhana. Hasil akhir dari Munas 2010 adalah Suryo Bambang Sulisto berhasil menjadi Ketua Umum Kadin.
Saat ini, pada 2024, Kadin sedang menyiapkan skema menggelar Munas sesuai AD/ART untuk tetap menunjuk Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum dan Anindya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Kadin.
RACHEL FARAHDIBA R | ADIL AL HASAN
Pilihan Editor: Anindya Bakrie dan Arsjad Rasjid Bertemu Kisah Seteru Perebutan Kursi Ketua Kadin