TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi mengatakan Indonesia akan segera membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Pernyataan tersebut menurutnya telah ia ungkapkan dalam kunjungannya ke Wina pada Senin lalu.
“Kemarin Senin saya baru balik dari Wina untuk menyatakan Indonesia masuk atau menggunakan nuklir untuk kelistrikan,” katanya dalam acara kumparan Green Initiative Conference 2024 pada Selasa, 24 September 2024.
Menurut Eniya, PLTN tersebut rencananya akan dapat terealisasikan sekitar tahun 2032. Ia juga berharap, PLTN di Indonesia nantinya dapat memberikan sumbangsih pasokan listrik negara hingga 9 GigaWatt (GW) di tahun 2060.
“(PLTN) itu akan dimulai on grid di tahun 2032 dan kita harapkan bisa 9 giga di tahun 2060” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia sendiri sebetulnya sudah menggunakan tenaga nuklir sejak tahun 1965. Hanya saja, nuklir tersebut dimanfaatkan bukan di sektor energi untuk pembangkit listrik, tetapi lebih banyak untuk keperluan riset maupun kesehatan. Nuklir ia sebut dikelola oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta.
Ia juga menyebutkan pada Januari lalu sudah dikeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) terkait pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). Badan ini nantinya akan dikepalai langsung oleh Presiden. Pembentukan NEPIO sendiri nantinya akan mengacu pada standar dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEO).
“Kita sudah mendapatkan arahan dari pak Menteri untuk NEPIO-nya,” kata Eniya.
Hal yang terpenting dari rencana pembangunan PLTN ini sendiri menurut Eniya adalah memastikan adanya multilateral corporation. Hal ini mengingat sikap politik luar negeri Indonesia yang non-blok dan penggunaan nuklir yang cukup sensitif.
Pilihan Editor: Terpopuler: 4 Proyek Prabowo jadi Bom Waktu, 4 Perusahaan Grup Bakrie Ditetapkan PKPU