TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat kepresidenan yang dinaiki Presiden Jokowi mendarat di Bandara IKN untuk pertama kalinya, Selasa siang, 24 September 2024.
"Ya alhamdulillah ini landing yang pertama yang semuanya berjalan dengan baik, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan ini adalah pertama kali saya turun di Bandara Nusantara. Ya mulus banget sih turunnya," kata Jokowi kepada media di Bandara Nusantara, IKN.
Jokowi menumpang Pesawat Kepresidenan RJ-85 saat mendarat di Bandara Nusantara, IKN. Ini adalah pesawat kepresidenan yang sudah dipakai sejak Presiden Soeharto.
Menurut laman Indonesia.go.id, pesawat buatan Inggris itu dibeli pada 1993. Dengan empat engine jet pada kedua sayapnya, pesawat itu mampu take-off di landasan pacu berukuran pendek sekitar 1.500 meter.
Pada versi komersialnya, RJ-85 atau dikenal juga dengan BAE 146-200 itu bisa mengangkut 90-100 penumpang. Untuk keperluan VVIP, pesawat ini dirancang hanya membawa 30 penumpang. Namun daya jelajahnya rendah, kurang dari 2.500 km. Dengan ukuran dan bentuknya yang sederhana BAE 146-200 Pelita memang kurang cocok menyandang call sign Indonesia One.
Pesawat Kepresidenan lainnya adalah jenis Boeing 737-800 yang dibeli pada masa Presiden SBY dan mulai dioperasikan pada April 2014. Menyambut hari ulang tahun ke-76 Republik Indonesia, 17 Agustus 2021, Indonesia One mengubah penampilannya. Badan yang sebelumnya berwarna biru langit berpadu putih, dengan list warna merah-putih, berubah menjadi merah putih penuh.
Warna yang sama digunakan pada pesawat RJ-85.
Bandara Nusantara untuk Penerbangan Komersial
Presiden Jokowi mengatakan, Bandara Nusantara tidak terlampau besar, namun lebih dari cukup. Setelah berhasil tinggal landas, Presiden akan mencoba melakukan lepas landas dari Bandara Nusantara pada kunjungan ke daerah berikutnya nanti.
Ia juga memerintahkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk mengubah status Bandara Nusantara dari very very important person (VVIP) menjadi komersial.
"Saya tadi sudah perintahkan ke Pak Menhub agar segera diubah menjadi bandara komersial. Airport komersial," kata Presiden memberi keterangan pers di Bandara Nusantara di IKN.
Presiden mengatakan jika diubah menjadi bandara komersial maka akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, misalnya bisa digunakan untuk penerbangan haji hingga umrah.
"Supaya lebih bermanfaat. Jangan hanya untuk VVIP. Lebih bermanfaat bagi yang mau umrah, yang mau haji, yang mau terbang ke dan dari IKN. Saya kira itu lebih bermanfaat," ujar Presiden.
Ia memperkirakan kapasitas awal Bandara Nusantara bisa mencapai 200 ribu penumpang hingga Desember 2024 mendatang. Sedangkan untuk target jangka panjang mencapai 7 juta penumpang per tahun setelah dioperasikan penuh sebagai bandara komersial.
Soal target pengoperasian Bandara Nusantara untuk komersial, Presiden mengatakan akan menandatangani peraturan presiden (perpres) terlebih dahulu.
"Ya nanti kalau perpresnya sudah saya tandatangani berarti mulai setelah itu," tutur Presiden.
Presiden sebelumnya telah menandatangani Perpres Nomor 31 Tahun 2023 Tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar Udara Very Very Important Person (VVIP) untuk Mendukung Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sebagaimana salinan resmi perpres tersebut disebutkan bahwa percepatan pembangunan dan pengoperasian bandara VVIP perlu segera dilakukan untuk mengembangkan infrastruktur penerbangan dan pendukung konektivitas IKN.
"Bandara VVIP merupakan bandar udara khusus yang digunakan untuk melayani kepentingan kegiatan pemerintahan di IKN,” tulis pasal 2 Perpres tersebut.
ANTARA | INDONESIA.GO.ID
Pilihan Editor Sri Mulyani Sebut Middle Income Trap atau Perangkap Negara Berpendapatan Menengah, Apa Itu?