Selain faktor keamanan pengguna, Terowongan Silaturahmi juga dibangun dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan bangunan. Ini karena Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral merupakan bangunan cagar budaya yang harus dijaga.
Adapun usul mengenai bentuk terowongan ini berasal dari Presiden Jokowi setelah mendapatkan masukan dari berbagai kalangan. Kepala negara memilih dan menamakan simbol penghubung dua rumah ibadah itu dengan Terowongan Silaturahmi.
Ini adalah lambang toleransi beragama yang dicitakan Soekarno, lalu dikonkretkan melalui padanan kata yang memiliki bobot religius sekaligus menyatukan pemahaman bersama (mutual understanding). Hal ini karena kata “terowongan” berasal dari bahasa yang dimengerti kedua belah pihak, Islam dan Katolik.
Melansir dari pu.go.id, Terowongan Silaturahmi mempunyai panjang 33,8 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,5 meter dengan total luas terowongan 339,97 m2. Jarak terdekat antara terowongan dengan pintu masuk Gereja Katedral, yakni 32 meter. Sementara itu, jarak terdekat terowongan dengan gerbang Masjid Istiqlal adalah 16 meter.
Terowongan bawah tanah ini dibangun Kementerian PUPR mulai 15 Desember 2020 dan selesai pada pada 20 September 2021, bersamaan dengan renovasi Masjid Istiqlal. Terowongan ini dibangun dengan biaya Rp 37,3 miliar dan dikerjakan oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk., manajemen konstruksi PT Virama Karya (Persero), dan perencana PT Yodya Karya (Persero).
Adapun penamaan Terowongan Silaturahmi diputuskan bukan tanpa pertimbangan yang matang. Terowongan Silaturahmi memiliki makna filosofis yang mendalam. Melansir dari kemenag.go.id, terowongan merupakan bangunan yang diciptakan untuk memberikan kemudahan akses, baik bagi pejalan kaki, transportasi, pengaliran air, pembangkit listrik, maupun manfaat lain. Silaturahmi (persaudaraan) meskipun diserap dari bahasa Arab, tetapi baik umat Islam maupun Kristen memahami kandungan makna silaturahmi karena sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini membuat nama Terowongan Silaturahmi memiliki makna yang lebih berbobot. Sebab, selain melancarkan mobilisasi Jemaah baik dari Istiqlal maupun Katedral, juga diharapkan bisa menumbuhkan rasa persaudaraan di antara kedua umat agama tersebut. Dengan demikian, Terowongan Silaturahmi juga sebagai media penerapan nilai-nilai kerukunan, toleransi, harmoni, dan kebersamaan antarumat beragama yang sedang diperjuangkan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA, RIDIAN EKA SAPUTRA, NAOMY A. NUGRAHENI, CAESAR AKBAR, dan MILA NOVITA berkontribusi dalam artikel ini
Pilihan Editor: Chatib Basri Sebut Faisal Basri Tak Hanya Berani Mengkritik: Pemikirannya Cemerlang, Pandangannya Segar