TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Senin, 12 Agustus 2024 akan ditutup menguat. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 15.924,5 per dolar AS. "Mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 15.880-Rp 15.970," kata Ibrahim dalam analisis rutinnya yang dikuti Senin.
Merujuk data RTI, nilai tukar rupiah pagi ini dibuka di level Rp 15.920 per dolar AS. Per pukul 09.29 WIB, kurs rupiah telah mencapai Rp 15.942 per dolar AS atau melemah 0,14 persen. Rupiah juga sempat tercatat mencapai Rp 15.953 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan, data pasar tenaga kerja AS yang baru menunjukkan bahwa tunjangan pengangguran turun lebih dari ekspektasi minggu lalu. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran akan resesi jadi mereda.
Dia menyebut, fokus investor akan tertuju pada laporan inflasi harga konsumen AS bulan Juli yang akan dirilis minggu ini. Di samping itu, juga akan tertuju pada komentar Ketua Fed Jerome Powell pada Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole bank sentral pada 22-24 Agustus.
Dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat meskipun di tengah gejolak eksternal. Tingkat inflasi juga terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, serta sektor keuangan yang resilience. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5 persen pada 2024 dan 5,1 persen pada 2025.
"Ekonomi Indonesia membaik karena kerangka kebijakan Indonesia yang berhati-hati di bidang moneter, fiskal, maupun keuangan dinilai telah menciptakan fondasi yang kokoh untuk stabilitas makro dan kesejahteraan sosial," kata Ibrahim.
IMF mengapresiasi dan memberikan catatan positif mengenai langkah-langkah kebijakan otoritas Indonesia. Apresiasi tersebut utamanya terkait beberapa poin penting. Pertama, komitmen Indonesia terhadap disiplin fiskal. Kedua, penurunan inflasi sesuai dengan kisaran target yang ditetapkan dan kebijakan moneter yang memerhatikan perkembangan data, upaya pendalaman pasar dan upaya penguatan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Ketiga, upaya penguatan kerangka kebijakan makroprudensial. Keempat, agenda pertumbuhan menuju status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045. Kelima, komitmen mencapai target nol emisi karbon pada 2060, serta langkah-langkah yang diambil untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan deforestasi.
Meski demikian, IMF mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai. "Seperti volatilitas harga komoditas, perlambatan pertumbuhan negara mitra dagang utama, serta spillover akibat kondisi high-for-longer pada keuangan global."
Pilihan Editor: Harga Emas Dalam Negeri Terus Naik, Analis: Ada Potensi Tembus Rp 1.560.000 per Gram