TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut ada sejumlah kerugian yang diakibatkan dari adanya digitalisasi keuangan.
"Kita sering dengar, ada korban pinjaman online ilegal, investasi bodong. Belakangan juga kita sering dengar pengaruh judi online," kata Mahendra dalam acara Talkshow Edukasi Keuangan Bundaku (Ibu, Anak, dan Keluarga Cakap Keuangan) yang disiarkan melalui kanal YouTube OJK, Selasa, 25 Juni 2024. "Ini adalah anak haram digital keuangan."
Kendati demikian, Mahendra menyadari bahwa ketiga hal itu tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, inklusi dan literasi keuangan harus diperkuat. Terutama, kata dia, untuk kalangan ibu. Menurut Mahar, kekuatan inklusi dan literasi keuangan dari ibu akan memberi daya tahan ke seluruh anggota keluarga.
"Saya senang melihat tingkat literasi dan inklusi ibu-ibu di atas laki-laki," kata Mahendra. Hal ini salah satunya terlihat dari tingkat kedisiplinan dalam membayar kredit UMKM yang diterima.
Kepala Ekskeutif Pengawas Perilaku Usaha, Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan tingkat literasi keuangan kalangan perempuan sudah mencapai 66,75 persen. Sedangkan inklusi keuangannya mencapai 76,08 persen.
Friderica menyebut angka tersebut lebih tinggi ketimbang tingkat literasi keuangan laki-laki sebesar 64,14 persen dan inklusi keuangan 73,97 persen. Adapun, angka tersebut didpat dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SLIK) 2023.
"Untuk pertama kali tingkat literasi dan inklusi perempuan lebih tinggi daripada bapak-bapaknya," kata Friderica. Senada dengan Mahendra, menurut Friderica, perempuan yang terliterasi dan teredukasi bisa mengedukasi keluarga agar melek keuangan.
Pilihan Editor: Bank Dunia Wanti-wanti Perpanjangan Bansos Bakal Naikkan Defisit Anggaran, Begini Perhitungannya