Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Ernovian G. Ismy mengatakan importir tekstil dari seluruh dunia meminta diskon harga 40-50 persen. "Potongan harga itu yang terbesar yang pernah dialami," kata Ernovian saat dihubungi Tempo, Selasa (16/6).
Permintaan harga diskon, menurut Ernovian, sebenarnya telah berlangsung sejak krisis finansial mulai terasa di Amerika Serikat pada 2008. Kemudian, ketika dampak krisis itu dirasakan negara-negara lain, otomatis negara-negara tujuan ekspor tekstil Indonesia seperti Jepang dan Uni Eropa meminta hal yang sama. "Mereka minta kontrak nilai ekspor dikaji kembali," ujar Ernovian. Pasalnya, daya beli di negara-negara tersebut merosot tajam sehingga kondisi perusahaan importir pun terganggu.
Laporan anggota asosiasinya, lanjut dia, beberapa perusahaan ordernya melimpah, namun nilai ekspornya justru terpangkas 40 persen. Ada pula perusahaan yang ordernya memang turun. Namun, rata-rata perusahaan tekstil diminta importir untuk memberi diskon harga. Industri nasional tak punya pilihan lain, sebab seluruh dunia tengah dilanda kesulitan akibat krisis.
NIEKE INDRIETTA