Nabila menjelaskan, bank-bank asing mengikuti net zero 2050 (NZ2050), sehingga tidak boleh lagi mendanai perusahaan batu bara atau proyek PLTU. "Ini pertama kalinya Adaro tidak berhasil secure mendapatkan pendanaan dari luar," kata Nabila.
Tempo mengonfirmasi hal ini kepada Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia Febriati Nadira. "Pembiayaan dari institusi keuangan tidak dapat disebutkan karena kami terikat dengan non-disclosure agreement (NDA)," ujar Febriati pada Tempo, Kamis malam.
Lebih lanjut, Febriati mengungkapkan Adaro bersyukur karena telah mendapatkan kesepakatan pembiayaan sehingga bisa segera berpartisipasi pada program hilirisasi pemerintah.
"Dan berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor atas produk aluminium agar dapat mengurangi defisit perdagangan dan meningkatkan devisa negara," tutur Febriati.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI Aestika Oryza Gunarto ikut buka suara. "Saat ini portofolio kredit batu bara BRI tercatat hanya kurang dari 1 persen dari total penyaluran kredit BRI," kata Aestika lewat pesan tertulis, Jumat, 7 Juli 2023.
Aestika menjelaskan, ke depan BRI akan fokus di segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sedangkan sektor industri batu bara bukan menjadi prioritas BRI dalam penyaluran kredit.
Sedangkan Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. Hera F. Haryn, Corporate Affairs PT Bank Permata Tbk. Medy Prasetyo, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha, serta Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI Okki Rushartomo sudah dimintai konfirmasi tapi belum memberikan jawaban kepada Tempo sampai berita ini diturunkan.
AMELIA RAHIMA SARI | CAESAR AKBAR
Pilihan Editor: OJK Sebut Warga Jawa Barat Paling Banyak Terbelit Utang Pinjol, Total Nilainya Rp 13,8 Triliun
