"Dicampur kopi arabika, sekitar setengah gelas untuk menambah cita rasa kopi mangrove Dale Esa," katanya.
Namun sayangnya kopi mangrove Dale Esa belum diproduksi secara masal oleh ibu-ibu Daiama untuk dijual, karena belum mengantongi izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sehingga hasilnya belum dijual hanya untuk konsumsi sendiri.
"Sementara masih untuk konsumsi sendiri, karena masih menunggu ijin untuk di jual bebas," katanya.
Salah satu warga Inggris, Chris bersama tim Atsea yang mengunjungi tempat itu sempat menyeruput kopi mangrove buatan mama-mama Daiama. “Saya memang penggemar kopi, makanya penasaran ingin nyeruput kopi mangrove. Asyik juga rasanya,” tuturnya.
Kopi mangrove yang diseruput Chris dibuat tanpa menggunakan gula. Adapun khasiat dari kopi mangrove ini diklaim bisa untuk meningkatkan fitalitas.
Ketua kelompok pengawasan Mulut Seribu, Stef Mesah mengaku pihaknya telah menanam sebanyak 13 ribu pohon mangrove disepanjang bibir pantai Landu Lendo. Selain untuk mengantisipasi terjadi abarasi juga menyiapkan bahan baku biji mangrove untuk pembuatan kopi.
"Selain mencegah abrasi, kegunaan lain, salah satunya jadi rumah ikan. Ada juga gunakan buahnya untuk kopi mangrove," katanya.
Selain kopi mangrove, mama-mama Daiama juga membuat minuman sirup dari buah mangrove. Pokmas Dale Esa diinisiasi dan merupakan salah satu kelompok binaan KKP dan UNDP melalui program ATSEA-2 di Indonesia.
Pilihan Editor: Cocok untuk Millenial, Bisnis Kopi Cukup Bermodal Rp 17 Juta