TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa potensi gagal bayar utang Amerika Serikat atau AS tidak mempengaruhi perekonomian Indonesia. Saat ini Negeri Paman Sam itu berpotensi gagal bayar utang karena sudah melebihi ambang batas US$ 31,4 triliun, yakni mencapai US$ 31,45 triliun.
“Kita lihat dari perkembangan tidak ada pengaruh kepada perekonomian kita. Terutama kalau kita lihat pasar belum memberikan signal terhadap kemungkinan dinamika politik,” ujar dia di LPS Learning Center, Gedung Pasific Century Place, Jakarta Barat, pada Senin, 8 Mei 2023.
Menurut dia, untuk dampak rambatannya terhadap Indonesia, biasanya berpengaruh kepada pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, kata Sri Mulyani, sudah disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo bahwa pasar SBN Indonesia masih menarik.
“Rate-nya masih bagus dan karena prospek ekonomi kita bagus, inflasi rendah, currency-nya menguat itu menjadi daya tarik yang cukup baik,” ucap Sri Mulyani.
Kinerja dari SBN Indonesia, dia melanjutkan cukup baik, yield secara Year to Date (YtD) turun bahkan sampai 50 basis point, sedangkan secara Month to Date (MtD) menguat 9 basis point. Kinerjanya juga terjadi capital inflow karena dari sekian banyak negara-negara termasuk negara emerging, Indonesia mungkin termasuk yang memiliki kinerja yang baik.
Sehingga growth-nya masih di atas 5 persen. “Itu sangat jarang pada hari ini, inflasinya turun duluan itu juga baik, dan kemudian dari sisi fiskal kita membaik, monetery-nya juga prudent, dan terjaga ini semua kombinasi yang agak langka hari ini,” tutur dia. Capital inflow untuk SBN Indonesia naik Rp 9,41 trilun sehingga secara YtD mencapai Rp 56,76 triliun sudah masuk untuk membeli SBN.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini