Pada awalnya, langkah mengejutkan itu dianggap sebagai keputusan yang pesimistis oleh para pedagang. Namun, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman membantu menopang sentimen pasar dengan memutuskan bahwa pertemuan OPEC dan negara sekutunya akan tetap secara teknis "berproses" -- memungkinkannya untuk membalikkan kenaikan produksi dalam waktu singkat jika diperlukan.
Adapun harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) pekan lalu. Kenaikan harga komoditas emas hitam itu terjadi di tengah ekspektasi bahwa permintaan bahan bakar akan bertahan meskipun infeksi virus corona Omicron melonjak dan OPEC akan terus meningkatkan produksi hanya secara bertahap.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 9 sen atau 0,11 persen menjadi US$ 79,32 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 43 sen atau 0,56 persen menjadi US$ 76,99 per barel.
Adapun keuntungan mereda karena importir utama dunia Cina memotong batch pertama alokasi impor minyak mentah untuk 2022. "Kami memiliki jumlah permintaan yang sangat kuat hingga Desember, jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang akan dilakukan OPEC," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Kilduff memperkirakan OPEC+, akan terus menambah produksi secara bertahap. Sementara Cina, importir minyak mentah utama dunia, menurunkan batch pertama kuota impor 2022 ke sebagian besar penyulingan independen sebesar 11 persen.
BISNIS | ANTARA
Baca: Pengusaha Minta Larangan Ekspor Batu Bara Dicabut: Kebijakan Tergesa-gesa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.