TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat IT sekaligus Chief Digital Forensic PT Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah, mengatakan nasabah perbankan digital lebih rentan menjadi target kejahatan daripada nasabah perbankan konvensional. Hal itu diungkapkan Ruby menanggapi kejadian yang menimpa nasabah Jenius BTPN Wirawan A Chandra.
Pasalnya, layanan yang full digital membuat pelaku kejahatan lebih mudah mengetahui data-data pribadi nasabah ataupun melakukan modus-modus untuk mengambil data nasabah.
"Para nasabah bank full digital keamanannya lebih rentan dari bank biasa. Sehingga harus diberi edukasi mengenai keamanan IT lebih banyak daripada nasabah non full digital," kata Ruby kepada Tempo, Ahad, 8 Agustus 2021.
Modus yang sering terjadi, kata Ruby, adalah dengan rekayasa sosial atau social engineering. Metode itu baru-baru ini terjadi kepada nasabah Jenius BTPN, Wirawan A Chandra.
Wirawan mengaku tertipu lewat panggilan melalui nomor WhatsApp +1(225) 240-1221 yang mengaku sebagai call center Jenius. Dia diminta call center yang mengaku dari Jenius untuk mengisi formulir pada situs jeniusbtpn.com agar adanya penyesuaian tarif feesible.
Wirawan kehilangan uang sekitar Rp 241,85 juta. Dana itu berasal dari tabungan aktif sebesar Rp 21,85 juta dan dalam deposito Rp 220 juta. Kasus tersebut saat ini tengah ditangani oleh Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara.
Ruby mengatakan agar nasabah bisa tetap aman dalam menggunakan layanan bank digital, mereka harus meningkatkan kesadaran mengenai keamanan IT, minimal terkait produk bank digital tersebut.
Berikut ini adalah tiga hal yang mesti dilakukan para nasabah agar tetap aman.