TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 ini, PT Pertamina (Persero) menyatakan mengalami keadaan yang cukup menantang. Tak tanggung-tanggung, BUMN ini menghadapi tiga kendala sekaligus, yang belum pernah terjadi dalam 30 tahun terakhir.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Heru Setiawan menyatakan, saat ini perseroan mengalami tiga situasi dalam waktu bersamaan. Kendala itu adalah penurunan penjualan atas migas, turunnya harga minyak dunia ke level terendah, dan nilai tukar rupiah atas dollar Amerika Serikat yang terus berfluktuasi.
Ketiga kejadian tersebut belum pernah terjadi secara bersamaan selama 30 tahun. "Memang terus terang saya di Pertamina 30 tahun belum pernah situasi seperti ini," kata dia saat diskusi virtual bersama Tempo yang disiarkan melalui kanal YouTube tempodotco, Rabu 19 Mei 2020.
Oleh karena itu, kata Heru, dalam kondisi seperti ini, Pertamina tidak bisa mengambil keputusan untuk jangka pendek saja. Sebaliknya, perseroan harus melihat potensi kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam jangka panjang.
Heru mengatakan, kondisi pasar pada saat pandemi seperti sekarang belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat, semuanya masih cenderung terus beubah . "Yang kita saat ini antisipasi adalah menurunkan risiko dari operasional Pertamina sehari-hari maupun dalam penyediaan BBM di masyarakat," ucapnya.
Dengan adanya tren penurunan harga minyak dunia, Heru mengatakan, perseroan memanfaatkan kondisi tersebut dengan melakukan pembelian minyak di luar jumlah biasanya. Hal itu dirasa akan memberikan keuntungan bagi Pertamina.
Walaupun permintaan minyak menurun, Pertamina menyatakan tak akan menurunkan level produksi migasnya, sesuai arahan Kementerian ESDM. Hal itu dikarenakan jika tingkat produksi saat ini diturunkan, dikhawatirkan akan menimbulkan risiko baru, yakni level produksi tak bisa kembali seperti semula.
"Sehingga kita harus tetap menjaga requirements management supaya menjamin pada saat itu nanti dibuka itu (keran produksi), kita bisa mencapai level produksi yang diinginkan," ucap Heru.
Eko Wahyudi