TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Faisal Basri menyoroti harga bahan bakar minyak Pertamina yang tidak kunjung turun di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia. Menurut dia, penurunan harga BBM bisa sedikit melonggarkan tekanan ekonomi masyarakat di tengah wabah Covid-19.
"Boro-boro rakyat dapat, malah rakyat yang menanggung beban dengan memberikan sedekah kepada Pertamina," ujar Faisal dalam sebuah diskusi daring, Rabu, 13 Mei 2020.
Padahal, kata dia, produk setara Pertamax Turbo di Malaysia bisa dijual dengan harga lebih murah, sekitar Rp 4.600 per liter. Di Indonesia, harga Pertamax Turbo mencapai Rp 9.850 per liter.
Karena itu, Faisal heran melihat pemerintah justru membiarkan Pertamina menjual produk dengan harga yang luar biasa tinggi. Ke depannya, ia melihat masyarakat, khususnya para pengemudi ojek dan taksi, bisa mendapat stimulasi besar apabila harga BBM bisa dipangkas turun.
"Jadi sudah lah, kalau tidak bisa bantu rakyat jangan bikin susah rakyat. Berikan lah-hak rakyat yang paling mendasar," tutur Faisal.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah masih belum menurunkan harga BBM lantaran berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah kondisi harga minyak mentah yang belakangan ini masih berfluktuasi.
"Pemerintah masih menjaga harga tetap karena harga minyak dunia dan kurs masih tidak stabil serta dapat turun," ujar Arifin dalam rapat bersama dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 4 Mei 2020.
Arifin mengatakan masih memantau kondisi anjloknya harga minyak saat ini. Biasanya, harga minyak mentah kerap anjlok setiap ada krisis, namun dalam tiga bulan kondisi bisa kembali normal.