TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah pasca aksi demonstrasi memprotes pengumuman Komisi Pemilihan Umum atau KPU yang sempat ricuh.
BACA: Pengumuman KPU Pilpres 2019, Rupiah Berpeluang Menguat
Rupiah melemah 45 poin atau 0,31 persen menjadi Rp 14.525 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.480 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu, mengatakan, pelemahan rupiah pada hari ini memang dominan dipicu oleh sentimen domestik yaitu aksi demo menolak hasil rekapitulasi nasional KPU.
"Secara eksternal itu pelemahan rupiah tidak ada pengaruhnya, pengaruhnya lebih besar di dalam negeri. Pada saat KPU mengumumkan pemenangnya adalah Jokowi, yang terjadi paslon 02 menolak dan terjadi kerusuhan. Kerusuhan ini menyebabkan pelaku pasar meninggalkan dan melakukan 'profit taking' di pasar Indonesia," ujar Ibrahim.
BACA : Rupiah Anjlok ke 14.500 per USD, Indef: Karena Faktor Keamanan
Menurut Ibrahim, apabila kondisi keamanan masih belum kondusif dan demonstrasi yang ricuh tidak bisa terselesaikan, maka rupiah berpotensi menembus level Rp 15.000 per dolar AS.
"Saya yakin seandainya huru hara ini tidak bisa diselesaikan, kemungkinan besar rupiah akan ke 15.000. 15.000 adalah angka yang sangat wajar dalam hitungan bulan Mei ini," kata Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka di level Rp14.488 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.488 per dolar AS hingga Rp14.528 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.488 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.462 per dolar AS.