TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah menyentuh level Rp 14.564 per dolar AS pada pagi hari ini. Angka itu menguat sebesar 27 poin dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.591 per dolar AS seiring dengan potensi pelemahan ekonomi negara Abang Sam tersebut.
Baca: 2019, Nilai Tukar Rupiah Masih Banyak Bergantung Ekonomi Global
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan, bahwa dolar AS bergerak melemah seiring adanya potensi pelemahan pada ekonomi negara adi daya itu akibat imbas perang dagang, ditambah dengan shutdown pemerintahan AS. "Secara sentimen, itu yang membuat dolar AS mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah," ucapnya, Kamis, 27 Desember 2018.
Lebih jauh Reza menambahkan penutupan pemerintahan juga memicu imbal hasil obligasi AS menjadi lebih rendah. Walhasil, peluang aliran dana menuju negara berkembang termasuk Indonesia menjadi kian terbuka.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra, mengatakan, rilis data tingkat keyakinan konsumen AS menjadi salah satu faktor yang menjadi perhatian pelaku pasar. "Jika data tingkat keyakinan konsumen AS dirilis lebih rendah dari perkiraan, dolar kemungkinan akan kembali tertekan," ucapnya.
Baca: Rupiah Menguat Seiring Meredanya Tensi Perang Dagang AS - Cina
Agus menambahkan pelaku pasar juga masih dibayangi kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Perlambatan ekonomi ini disebut-sebut sebagai akibat shutdown pemerintahan Amerika Serikat sehingga pergerakan dolar relatif tertahan dan membuat kurs rupiah menguat.
ANTARA