TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan bervariasi dengan kecenderungan menguat. Nafan memperkirkaan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.400 - Rp 14.450.
Baca: Gubernur BI Sebut Kurs Rupiah Overvalue, Apa Artinya?
"Dari perspektif teknikal terlihat pola bearish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi apresiasi bagi rupiah terhadap dolar AS," kata Nafan saat dihubungi, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurut Nafan dari perspektif fundamental pergerakan rupiah akan mendapatkan sentimen negatif dari pelebaran defisit transaksi berjalan yang mencapai US$ 25 miliar. Meskipun, kata Nafan, bagi perspektif Bank Indonesia masih dikategorikan aman.
Nafan mengatakan secara eksternal kinerja pergerakan dolar AS sepertinya terdepresiasi terhadap instrumen forex maupun komoditas, sebab untuk sementara ini sentimen perang dagang sedikit mereda.
"Di mana pertemuan antara Presiden AS Trump dan Presiden Komisi Eropa Juncker telah menyetujui untuk menurunkan tarif impor. Sementara itu, US crude oil inventories mengalami defisit sebesar 6,1 juta barel," kata Nafan.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 14.515 pada Rabu, 25 Juli 2018. Angka tersebut menunjukkan penguatan 26 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.541 pada penutupan Selasa, 23 Juli 2018.
Sedangkan pada 25 Juli 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.588 dan kurs beli Rp 14.442.
Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.456 - Rp 14.448. Reza mengatakan mulai diresponnya sejumlah berita positif dari dalam negeri terutama langkah pemerintah yang akan menyiapkan sejumlah strategi dan kebijakan menyiasati dampak perang dagang dan pelemahan rupiah diharapkan dapat membuat laju rupiah bertahan di teritori positifnya.
Baca: Rupiah Melemah, Industri Manufaktur Terancam Kalah Daya Saing
"Ditambah dengan berkurangnya penguatan dolar AS sehingga memberikan ruang bagi rupiah untuk kembali melanjutkan kenaikannya," kata Reza.