TEMPO.CO, Jakarta - Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah masih akan berpotensi melemah hari ini. Reza memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.494 - Rp 14.532.
Baca: Gubernur BI Sebut Kurs Rupiah Overvalue, Apa Artinya?
"Langkah Bank Indonesia untuk meredam pelemahan rupiah melalui kebijakan moneter melalui penerbitan instrumen di pasar uang dengan adanya penerbitan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) tampaknya belum banyak berimbas pada rupiah," kata Reza dalam keterangan tertulis, Rabu, 25 Juli 2018.
Di sisi lain, kata Reza laju rupiah masih lebih banyak merespons pergerakan mata uang global, terutama dengan berbalik melemahnya EUR dengan tekanan pada sentimen internalnya dan yuan Cina CNY seiring rencana devaluasi nilainya.
Reza mengatakan tetap perlu mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 14.541 pada Selasa, 24 Juli 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 87 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.454 pada penutupan Senin, 23 Juli 2018.
Sedangkan pada 24 Juli 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.614 dan kurs beli Rp 14.468.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan rupiah yang kemarin gagal mempertahankan resistance, maka secara teknikal dolar AS terhadap rupiah telah mengkonfirmasi pola flag.
"Untuk hari ini range rupiah akan bergerak pada Rp 14.420 - Rp 14.580," kata William.
Reza mengatakan laju rupiah tersebut kembali melemah seiring imbas melemahnya laju EUR terhadap dolar AS. Hal tersebut juga seiring dengan adanya kekhawatiran Uni Eropa akan terkena dampak dari kebijakan pengenaan tarif impor oleh pemerintahan AS.
Baca: Rupiah Melemah, Industri Manufaktur Terancam Kalah Daya Saing
Reza mengatakan beberapa rilis data makroekonomi seperti indeks aktivitas bisnis dan PMI UNI Eropa masih cenderung datar sehingga dikhawatirkan ekonomi Uni Eropa akan rentan dengan kebijakan pemerintahan AS tersebut.
"Di sisi lain, dari dalam negeri seperti yang disampaikan sebelumnya di mana masih cenderung minim sentimen positif sehingga laju rupiah ikut mengalami pelemahan," kata Reza.