TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menguat pada triwulan keempat. Meski rupiah terus tertekan, kondisi ekonomi nasional dinyatakan lebih baik dibanding negara tetangga.
"Triwulan keempat mulai kelihatan arah ekonomi. Masyarakat tak perlu khawatir, boleh cemas tapi tak usah panik," kata Purbaya, saat dihubungi Tempo, Rabu, 26 Agustus 2015.
Meski nilai tukar rupiah terus anjlok hingga menyentuh level Rp 14 ribu per dolar Amerika, Purbaya mengatakan krisis kali ini tidak akan berlangsung lama. Musababnya, kondisi ekonomi Indonesia cukup kuat dibandingkan saat krisis tahun 1998 dan 2009.
"Dulu, Amerika dan Eropa kontraksi. Sekarang titiknya di Cina, tapi tidak seburuk dahulu," ujarnya.
Di tengah tekanan global, Purbaya mencatat pertumbuhan ekonomi nasional berada di atas Malaysia, Thailand, dan Singapura. Industri di negara-negara tersebut justru sangat tertekan akibat devaluasi yuan. Sedangkan Indonesia, masih bisa bertahan dengan mengandalkan industri nonteknologi tinggi.
"Mereka lebih dulu terdampak karena sangat bergantung pada teknologi tinggi dari Cina," kata Purbaya.
Kendati demikian, Deputi III Manajemen Isu Strategis Kantor Staf Presiden (KSP) itu terus mewaspadai sentimen negatif yang bisa terjadi kapan saja. Selama pemerintah terus fokus pada program pembangunannya, kata Purbaya, maka pertumbuhan ekonomi akan terselamatkan.
PUTRI ADITYOWATI