TEMPO.CO, Balikpapan - Andar Titi Lestari, Supervisor Eksternal Relations Pemasaran Kalimantan PT Pertamina, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi mendorong kenaikan konsumsi BBM non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus di Kalimantan. "Kenaikan rata-rata 21 persen," katanya pada Kamis, 4 Desember 2014. (Baca juga: Konsumsi BBM Nonsubsidi di Malang Raya Melonjak)
Berpindahnya konsumen ke BBM non-subsidi karena selisih harganya yang tidak jauh berbeda dengan Premium. Andar berharap tren meningkatnya konsumen BBM non-subsidi terus membaik. "Masyarakat mulai terbiasa merasakan manfaat menggunakan Pertamax," ujarnya. Pertamax merupakan BBM dengan oktan (RON) 92, yang lebih berkualitas ketimbang Premium yang beroktan 88. (Lihat pula: Penyelundupan BBM, Sofyan Djalil: Akibat Subsidi)
Namun, harga Pertamax dan Pertamax Plus di Kalimantan tidak semurah di Pulau Jawa. Pertamax di Kalimantan dibanderol Rp 12.000 per liter, adapun di Jakarta dan sekitarnya berharga Rp 9.950 per liter. Sedangkan Pertamax Plus di Kalimantan dibanderol Rp 11.350 per liter.
Andar mengatakan lebih mahalnya harga di Kalimantan karena distribusi masih menggunakan mobil tangki. Adapun di Jawa, distribusi Pertamax dan Pertamax Plus melalui pipanisasi dari kilang hingga ke terminal BBM. Sistem pipanisasi menyebabkan harga lebih efisien. "Di Kalimantan belum ada infrastruktur pipa," katanya.
ASEANTY PAHLEVI
Terpopuler
Gubernur FPI Ngarep Sumbangan Warga
Gubernur FPI Siap Duel dengan Nikita Mirzani
Cerita Ahok tentang Hantu dan Setan Buta Huruf
Menteri Susi Tak Bantah Nilai Perusahaannya Rp 1 T
Mata-matai Pencuri Ikan, Susi Diprotes Dirjennya