TEMPO.CO, Jakarta - Kopi arabika Gayo dari Aceh Tengah dan Bener Meriah serta giok dari Nagan Raya, Aceh, dipamerkan di Gedung Nusantara V DPR/MPR RI, Jakarta, 3-6 September 2014. Acara bertajuk Didong Senayan 2 itu diisi dengan pameran kopi Gayo, batu giok Aceh, dan pertunjukan didong semalam suntuk.
“Ini kegiatan kedua diadakan di DPR/MPR. Pertama kali digelar pada Oktober tahun lalu,” kata Fikar W. Eda, ketua panitia, dalam pembukaan acara itu, Rabu, 3 September 2014. Menurut Fikar, pameran yang menghadirkan sejumlah perusahaan kopi dan batu giok Aceh itu menggratiskan seribu gelas kopi arabika Gayo bagi pengunjungnya.
Selain pembukaan, hari pertama kegiatan itu diisi dengan dua sesi diskusi, yakni diskusi tentang batu giok Aceh dan kopi Gayo. Diskusi tentang batu giok menghadirkan narasumber dari kalangan praktisi dan pengusaha batu giok, Iswadi Azwir dan Abehamdi, serta Sujatmiko, pakar geologi yang juga ahli batu mulia dari Pusat Promosi Batu Mulia Indonesia.
Sujatmiko mengatakan Aceh merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang punya potensi batu giok. Namun, ia mengingatkan, batu mulia itu tidak hanya bisa dijadikan cincin, tapi juga dijadikan beragam produk lainnya. “Perlu diversifikasi produk,” ujar Sujatmiko.
Adapun Iswadi Azwir mengaku mengambil batu giok dari Nagan Raya untuk dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya. Batu giok dari sana kini memang sedang populer. Namun, ia menjelaskan, perlu dukungan pemerintah daerah dalam pengelolaan dan pemanfatannya, seperti bimbingan dan bantuan alat kepada perajin. “Sekarang (prosesnya) sangat tradisional,” ujarnya.
Adapun diskusi tentang kopi menghadirkan narasumber Bupati Bener Meriah, Ruslan Abdul Gani; R. Rama Boedi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi; dan petani kopi Gayo, Jemalin. Dalam kesempatan itu, Ruslan menjelaskan, wilayahnya memiliki 45 ribu hektare lahan kopi arabika. Adapun produksinya 30 ribu ton per tahun.
Dataran Tinggi Gayo yang meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Luwes memang dikenal sebagai salah satu produsen kopi di Indonesia. Sebuah data menyebutkan ketiga wilayah itu memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia, yakni sekitar 94.800 hektare.
MUSTAFA ISMAIL