TEMPO.CO, Jakarta - Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang juga pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya. Di tahun Anjing Bumi ini, selain faktor internal seperti kekhawatiran lesunya daya beli dan Pilkada serentak, sentimen dari luar seperti harga minyak dunia yang bergerak naik dan ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat
Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menyebutkan, tak hanya sektor finansial tapi seluruh sektor bisnis, termasuk manufaktur secara alamiah bakal mengalami pergeseran (shifting) ke digital. Proses digitalisasi diperlukan demi kelangsungan bisnis manufaktur di tengah persaingan yang semakin maju.
Lana mengatakan, ada dua model digitalisasi yang ada dihadapkan kepada sektor manufaktur. Pertama, yakni proses digitalisasi dan komputerisasi dalam hal permesinan. "Kedua, digitalisasi dalam proses memperluas market place dengan menggandeng e-commerce," ujarnya pada Tempo, Selasa, 26 Desember 2017.
Baca: Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen
Hal senada disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang menyebutkan revolusi industri keempat atau Industry 4.0 tidak bisa lagi dihindari. Fase ini menuntut agar setiap sektor produksi di industri sudah terintegrasi secara online.
Untuk itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi hal yang krusial. Sejumlah program strategis telah disiapkan pemerintah, mulai dari memilih sektor unggulan yang bakal kompetitif di marketplace global. “Memang bukan teknologi tinggi, tapi ada hal-hal yang skalanya luar biasa besarnya. Sederhananya saja seperti produk karet, misalnya di pintu dan kaca mobil. Ini skala dunia, jangan bayangkan skala Indonesia," ucap Darmin.
Di bidang keuangan, layanan finansial berbasis teknologi atau fintech yang digeber sejak 2017 diperkirakan bakal terus menggeliat di 2018. Direktur Riset Socio-Economic & Educational Business Institute, Haryo Kuncoro, memperkirakan fintech akan semakin banyak mengambil segmen pasar kredit UKM yang selama ini menjadi penyangga utama pendapatan bank.
Besarnya potensi fintech ini pula yang kemudian membuat perusahaan transportasi berbasis aplikasi Go-Jek memperkuat layanan pembayaran digital Go-Pay pada akhir tahun 2017. Caranya dengan mengakuisisi tiga startup di bidang fintech, yaitu Kartuku, Midtrans, dan Mapan.
Kepala Eksekutif Go-Jek, Nadiem Makarim, mengatakan tiga start-up tersebut telah teruji di industri fintech dan memiliki visi sosial kuat. Dia berniat menggabungkan ketiganya dengan Go-Pay. "Pada 2018 akan menjadi tahunnya Go-Pay," kata Nadiem saat ditemui di Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Tahun depan, perusahaan rintisan juga masih bakal kebanjiran modal meski dengan sedikit pergeseran. Startup e-commerce dan e-travel sudah tidak menjadi primadona karena sudah terlalu banyak. "Secara alami, hanya dua-tiga pemain yang akan menjadi pemenang di pasar e-commerce," ujar Mifza Muzayan, Sales Operations & Strategy Lead Google Indonesia.
Sementara hasil survei Google dan A.T. Kearney menyebutkan tahun 2018 adalah bakal didominasi oleh fintech dan industri Adapun Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprediksi startup atau inisiatif digital yang terjun ke sektor pendidikan punya masa depan cerah pada tahun depan.
Tapi menggerakkan industri ekonomi digital butuh upaya keras karena Indonesia masih kekurangan tenaga terampil teknologi. Dari satu juta populasi, Indonesia hanya menghasilkan 278 teknisi yang terampil teknologi digital. Padahal Malaysia dan Vietnam masing-masing bisa menghasilkan 1.834 dan 1.094 talenta digital dalam populasi yang sama.
Selain itu, dari nilai penjualan Rp 68 triliun e-commerce pada tahun lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, 60 persennya adalah barang impor. Menteri Darmin menyebutkan angka riil barang dalam negeri di e-commerce sangat kecil.
Oleh karena itu, sejumlah pekerjaan rumah berat sektor industri di 2018 cukup nyata. Terlebih jika berpatokan pada target pemerintah menggenjot pertumbuhan industri di level 5,67 persen agar bisa turut mendongkrak pergerakan ekonomi positif 5,4 persen.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | DIAS PRASONGKO | FAJAR PEBRIANTO | IKA NINGTYAS (BANYUWANGI) | SYAFIUL HADI | PUTRI ADITYOWATI | ANDI IBNU