TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat terjadi peningkatan volume impor bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dalam 2 bulan terakhir. Senior Vice President Fuel Marketing & Distribution Pertamina, Suhartoko, mengatakan, sejak November, rata-rata impor premium sudah mencapai 11,6 juta barel atau 1,84 juta kiloliter per bulan.
Padahal, hingga Oktober 2012 rata-rata impor premium sudah mencapai 10,5 juta barel per bulan. "Sekarang setiap hari ada dua kapal masuk ke perairan Indonesia, mengirim masing-masing 32 ribu kiloliter premium. Ini baru impor premium saja, belum termasuk impor minyak mentahnya," kata Suhartoko, Kamis, 20 Desember 2012.
Ia mengatakan, peningkatan impor ini disebabkan meningkatnya konsumsi premium di dalam negeri. Sementara itu, kapasitas kilang minyak di dalam negeri tak juga bertambah.
Rata-rata kilang dalam negeri hanya bisa memasok sepertiga dari konsumsi premium dalam negeri. Saat ini, menurutnya, permintaan akan premium berkisar 80 ribu kiloliter sampai 81 ribu kiloliter per hari. "Persentase impornya semakin tinggi, sekarang ini sudah menuju ke 70 persen. September dan Oktober kemarin masih 67 persen impor," kata Suhartoko.
Komposisi ini sudah jauh berubah dari kondisi 2 tahun lalu. Pertamina mencatat pada 2010 komposisi impor dan pasokan kilang dalam negeri masih imbang, 50 persen.
Tingginya penggunaan BBM bersubsidi ini menyebabkan konsumsi BBM nonsubsidi masih sangat rendah. Pertamina mencatat konsumsi pertamax hanya 2 persen sampai 3 persen dari konsumsi premium, sekitar 3.000 kiloliter per hari.
Padahal, kebutuhan pertamax saat ini masih dipenuhi dari produksi kilang dalam negeri. Pertamina menyatakan, kalaupun konsumsi pertamax melonjak menjadi 7 persen sampai 10 persen dari konsumsi premium, Pertamina bisa memenuhinya tanpa harus impor.
Kencangnya penjualan mobil baru di Tanah Air tak mendorong penjualan bahan bakar beroktan tinggi. Padahal, menurut Suhartoko, mobil dengan mesin modern yang diproduksi sejak tahun 2003 seharusnya menggunakan bahan bakar dengan Oktan 91 atau lebih seperti pertamax. Sementara premium memiliki Oktan 88, sehingga kinerja mesin tak optimal.
BERNADETTE CHRISTINA