TEMPO Interaktif, Jakarta - Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, Indeks Yield Obligasi Pemerintah (IBPA-IGSYC) kembali berlanjut turun. Hal ini terlihat dari kurva yield (imbal hasil) obligasi yang menunjukkan bahwa dalam tenor jangka pendek naik lebih cepat dibandingkan dengan tenor jangka pajang (bear falttener).
Rata-rata imbal hasil tenor jangka pendek (1–4 tahun) naik 5,6 basis poin (bps), sedangkan untuk tenor jangka panjang (8–30 tahun) hanya naik tipis 0,2 bps. Sedangkan tenor menengah (5-7 tahun) malah bergerak turun 1,1 bps.
Adapun yield obligasi yang mengalami penurunan adalah untuk tenor 6-13 tahun, yakni antara 0,5 hingga 3,7 bps, yield untuk tenor 10 tahun juga turun 3,1 bps ke level 6,3695 persen. Sedangkan yang mencatat kenaikan adalah untuk tenor 2 tahun sebesar 8,4 bps ke level 5,1991 persen.
Data dari Indonesia Bond Pricing Agency (IPBA) menunjukkan bahwa harga obligasi Surat Utang Negara (SUN) seri benchmarch (patokan) semuanya turun pada rentang antara 7 sampai 51 bps. Obligasi Seri FR 0053 dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan yang paling dalam sebesar 50,9 bps ke level harga 113,7412.
Dalam laporan mingguannya, Corporat Secretary IBPA, Tumpal Sihombing, mengungkapkan, sentimen Eropa masih mewarnai pergerakan pasar di penutupan akhir pekan lalu. Belum adanya langkah konkret untuk menangani krisis Eropa menyebabkan pasar memilih bersikap wait and see (menunggu). “Padahal, sebelumnya berhembus kabar pimpinan Eropa akan menyediakan dana bailout (talangan) senilai US$ 13 triliun,” tuturnya.
Lembaga pemeringkat internasional, Standar & Poor’s, akhir pekan lalu mengungkapkan kemungkinan akan kembali memangkas peringkat utang satu level. Begitu juga dengan peringkat utang Italia, Irlandia, dan Portugal. Hal ini berimbas dengan naiknya harga emas sebesar 1,3 persen menjadi US$ 1.642,38 per troy ounce. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan 3 basis poin ke level 2,22 persen.
Hasil dari pertemuan pimpinan Eropa yang berlangsung Minggu kemarin memutuskan untuk menekan neraca bank sentral Uni Eropa (ECB) serta membahas mengenai cara memperkuat peranan IMF.
Volume perdagakan akhir pekan lalu meningkat 64,1 persen menjadi Rp 6,2 triliun, sedangkan frekuensinya turun 16,8 persen menjadi 311 kali. Obligasi Seri FR0058 menjadi obligasi pemerintah yang paling aktif diperdagangkan mencapai Rp 43,4 miliar dengan 42 kali transaksi. Dan obligasi subordinasi II Bank CIMN Niaga tahun 2010 (BNGA02SB) dengan tenor 9,17 tahun dengan rating AA (Idn) menjadi obligasi korporasi teraktif dengan nilai transaksi Rp 25 miliar dan ditransaksikan sebanyak 11 kali.
VIVA B. KUSNANDAR