TEMPO Interaktif, Caracas - Pemerintah Venezuela berencana menarik miliaran dolar dana cadangannya ke Rusia, Cina, dan Brasil. Venezuela juga berencana menarik ratusan ton cadangan emasnya yang tersebar di Eropa.
Menurut dokumen yang direview Wall Street Journal, negara penghasil telenovela di Amerika Selatan itu berencana mentransfer US$ 6,3 miliar cadangan dana yang sebagian besar disimpan di bank, seperti Bank for International Settlements di Basel, Swiss, dan Barclays Bank di London untuk dipindah ke bank di Rusia, Cina, dan Brasil.
Cadangan emas sebanyak 211 ton senilai US$ 11 miliar akan dimasukkan kembali ke Bank Sentral Venezuela, di mana pemerintah masih menyimpan 154 ton emas. Namun, pejabat Venezuela tak ada yang mau berkomentar soal ini. Baik Kementerian Keuangan dan bank sentral tidak punya komentar resmi.
Akhir-akhir ini, para pejabat senior telah mengkritik ketergantungan Venezuela pada dolar. Sabtu lalu, Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro mengatakan,sistem keuangan dunia yang menggunakan dolar telah menarik negara tersebut ke dalam krisis ketidakpastian. “Kami berencana untuk membangun sistem moneter internasional yang baru, terutama di Amerika Selatan untuk melindungi diri dari situasi ini," katanya.
Bank of England baru-baru ini menerima permintaan dari pemerintah Venezuela untuk mentransfer 99 ton emas ke bank Venezuela. Namun, seorang juru bicara dari Bank of England menolak berkomentar. Juru bicara Bank for International Settlements juga enggan berkomentar.
Salah satu dokumen yang bocor itu disusun oleh Menteri Keuangan dan Perencanaan Jorge Giordani dan presiden bank sentral Nelson Merentes. Dokumen bertanggal 8 Agustus itu meminta persetujuan Chavez untuk memindahkan cadangan kas dan emas maksimum dua bulan mendatang.
Dokumen lain yang disusun oleh Menteri Luar Negeri Nicolas Maduro meminta persetujuan Chavez yang meminta Giordani dan Merentes untuk mempersiapkan sebuah rencana untuk menjaga cadangan devisa Venezuela karena krisis utang US dan dampaknya terhadap dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Dokumen itu mengatakan telah menyalakan semua sinyal alarm, “Apakah nyaman untuk mempertahankan cadangan kami dalam mata uang itu (USD)”.
Analis Jose Guerra menilai tindakan ini sangat berisiko karena memindahkan dana dari negeri yang aman ke negeri yang tak aman. Menurut mantan pejabat di bank sentral Venezuela ini, alasan yang masuk akal adalah Venezuela takut dipaksa membayar miliaran dolar karena telah mendepak perusahaan asing keluar dari negara penghasil minyak itu.
Venezuela kini sedang menghadapi tagihan yang cukup besar dari lembaga arbitrasi atas aduan perusahaan perusahaan yang sudah dinasionalisasi. Menurut Tamara Herrera, Kepala Ekonom Sintesis Financiera, sebuah perusahaan konsultan ekonomi yang berbasis di Caracas, jumlah tagihannya antara US$10 miliar hingga US$ 40 miliar. Kebanyakan perusahaan yang menggugat adalah perusahaan minyak.
Tokoh oposisi Julio Montoya mengatakan juga menerima bocor salinan proposal itu. "Kami tidak tahu apakah Chavez telah menandatangani itu," kata Montoya. Montoya mengatakan proposal tersebut menimbulkan pertanyaan Venezuela sedang ditekan untuk mentransfer cadangan karena hubungan politik dengan Cina dan Rusia, juga dengan Brasil.
Chavez memang beralih ke Cina untuk pembiayaan bantuan perumahan dan mesin. Cina telah menjadi kreditur terbesar bagi Venezuela dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Venezuela menerima kredit US $20 miliar dari China Development Bank dan dibayar dengan minyak.
Sedangkan Rusia telah menjadi pemasok utama senjata ke negara Amerika Selatan. Baru-baru ini, Venezuela mengumumkan finalisasi perjanjian kredit tambahan US$ 4 miliar dengan Rusia dan Cina. Sebagian dari dana Rusia dialokasikan untuk militer Venezuela. Para pejabat Venezuela juga mengatakan bahwa mereka baru saja mencapai kesepakatan dengan Brasil untuk pengucuran kredit senilai US$ 4 miliar.
WALLSTREETJPURNAL | NUR ROCHMI