TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebutkan nilai tukar rupiah menguat dengan cepat terlebih setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan. Hingga September 2024, nilai tukar rupiah menguat 0,84 persen dibanding Desember 2023 atau year to date (ytd).
Bendahara Negara tersebut mengatakan penguatan sangat cepat terlihat, karena sebelumnya rupiah sempat mengalami depresiasi hingga di kisaran 16.000 per dolar Amerika Serikat. “Kita awalnya mengalami depresiasi 5 persen, sekarang rupiah mengalami apresiasi,” ujarnya dalam Konfrensi Pers APBN di Kementerian Keuangan, Senin 23 September 2023.
Hingga September, ia memaparkan kurs berada di kisaran 15.287 per dollar AS. Angka ini bahkan lebih baik dibanding tahun sebelumnya atau September 2023 sebesar 15.381 per dollar AS.
Sementara itu imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) mengalami tren penurunan sejak Juni 2024. Sri Mulyani mengatakan hal ini terjadi di tengah kerentanan atau volatilitas global. Namun inflow di pasar SBN menguat pasca pengumuman penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika. Hingga 19 September 2024 pasar SBN mencatat Inflow Rp 11,3 triliun, dan secara year to date inflow tercatat sebesar Rp 21,39 triliun.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan ini memutuskan memangkas suku bunga acuan BI dari 6,25 persen menjadi 6 persen. Langkah ini diharapkan mampu menjaga stabilitas dan penguatan rupiah.
Saat keputusan pemangkasan suku bunga diumumkan, rupiah terus mengalami depresiasi atau pelemahan. Pada Juli BI mencatat nilai tukar Indonesia mengalami depresiasi 4,84 persen jika dibanding akhir Desember 2023.
Pilihan Editor: 6 Juta Data NPWP Bobol Termasuk Data Pajak Jokowi, Begini Tanggapan Pegiat Keamanan Siber Ciberity